Fenomena guru swasta berhenti atau resign di salah satu sekolah swasta Pati hingga kini belum mendapat perhatian serius dari dinas terkait. Ketidaktahuan itu bisa disebabkan karena sekolah swasta sedikit banyak adalah urusan internal yayasan itu sendiri sehingga pelaporan lisan maupun tertulis kadang-kadang jarang dilakukan. Meskipun de fakto ada juga pengawas yang memberikan pengawasan maupun bimbingan.
Biasanya ketika ada permasalahan berkaitan dengan keberadaan guru yang kebanyakan mempunyai status guru honorer swasta dan sedikit yang mejadi guru yayasan tetap. Secara internal pun masalah resign guru adalah bukan tanggung jawab mutlak Dinas Pendidikan setempat tetapi semuanya prerogratif kepala sekolah dan pengurus yayasan.
Melihat begitu luasnya kekuasaan kepala sekolah dan yayasan maka tidak jarang jika pengelolaannya benar maka tidak sedikit yayasan atau sekolah tersebut mempunyai siswa ribuan di tiap jenjangnya bahkan mengalahkan sekolah negeri. Tetapi sekolah atau yayasan yang bergerak di pendidikan tersungkur kemudian gulung tikar karena adanya mismanajemen yang akut.
Seabagaimana rumah sakit yang mengedapankan jasa pelayanan, sebenarnya sekolah pun mengedepankan pelayanan kepada masyarakat untuk andil bagian dalam mencerdaskan anak bangsa. Faktor trust atau kepercayaan dari orang tua siswa khususnya yang anaknya sudah belajar di sekolah tersebut menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat. Artinya jika orang tua murid sudah yakin dan percaya jika anak didiknya akan menjadi baik saat di serahkan ke sekolah tersebut dengan sendirinya tetangga-tetangganya atau teman-teman anaknya akan mengikuti jejaknya.
Namun ketika masyarakat sudah mulai luntur dengan kepercayaan sekolah atau yayasan tersebut maka tinggal menghitung hari sampai kapan kuat bertahan. Jika saja abai untuk mengelola dari dalam atau memperbaiki kinerja manajemen, sesungguhnya tidak ada yang abadi di dunia ini. Bisa saja sekolah swasta dahulunya tidak mendapatkan siswa, tetapi sekarang menjadi sangat besar dengan jumlah murid yang sangat banyak. Dan dahulunya sekolah tersebut sangat besar seolah setiap orang berkata tidak mungkin runtuh bisa saja bubar.
Apakah faktor resign guru dari sekolah menjadi faktor utama karena materi? Bisa ya bisa juga tidak. Ketika seseorang sudah mengambil jurusan ilmu pendidikan di universitas maka dengan sendirinya sudah tahu jika kelak akan menjadi seorang guru. Dan sudah pada tempatnya ketika dia mengabdi di lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri maka pengabdian dengan mengedepankan nilai idealis.
Kalau ada kekurangan dari sisi finansial selama tidak begitu njomplang perbedaannya dengan Upah Minimun Regional (UMR) Propinsi maka resign para guru atau karyawan tidak akan terjadi. Honor guru yang minimal itu sebenarnya bisa saja ditutupi dengan usaha lain misalnya menjadi editor lepas penerbit, menjadi programmer di perusahaan, atau wiraswasta lainnya. Dengan asumsi seorang guru yang mengajar katakanlah 24 jam seminggu jika dari hari Senin sampai Sabtu mengajar lima jam saja yang artinya jam 7 kemudian jam 11 selesai banyak waktu luang itu bisa digunakan untuk mencari uang tambahan.
Tentunya pengaturan jam itu bisa disesuaikan dengan pihak manajemen sekolah. Tetapi manakala sekolah swasta yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok guru dan karyawan yang tetap mempunyai kebijakan seorang guru harus tetap berada di sekolah dari pukul 07.00 -- 14.00 dengan honor yang sangat jauh dari UMR maka pilihan realistis adalah resign.
Bekerja di lembaga pendidikan dan nonpendidikan pastilan melibatkan HR (Human Resources) atau SDM (Sumber Daya Manusia). Suasana di tempat bekerja akan sangat mempengaruhi seseorang untuk terus melanjutkan atau memutuskan bekerja meskipun itu adalah seorang guru, bahkan kepala sekolah, atau direktur sekalipun.
Tawaran dari sekolah lain yang memang menggiurkan dari segi karier maupun salary (gaji). Bisa saja menjadi pemicu mengapa seorang guru pindah kerja. Terlebih bagi seorang lelaki yang mempunyai tanggungan istri dan tanggungan kesejahteraan. Menjaga idealis bisa saja dikesampingkan, toh dirinya masih kerja sebagai pendidik bahkan dengan karier yang lebih menjanjikan dan gaji yang lebih baik.