Mantri hewan yang didatangkan dari propinsi oleh Pak Lurah itu menjelaskan hingga berbusa-busa mulutnya. Bahkan orang-orang yang duduk di sampingnya ada yang menutup mukanya dengan topi takut kena ludahnya.
Sudah satu jam lebih dia menerangkan sakit mulut dan kulit pada hewan sapi. Para pemilik sapi yang hanya memiliki satu ekor atau dua ekor sebagi tabungan dengan menyisihkannya dari hasil tananaman ladangnya. Mereka sangat khawatir jikalau penyakit yang sangat menular itu akan menjangkiti sapinya.
"Apa tidak ada obat manjur Pak?" Tanya Wagino yang hanya mempunyai sapi satu yang bulan besar ini dapat dijual dan bisa menutup utang.
"Belum ada Lek." Kata pak Mantri pelan.
"Kalau belum ada terus apa gunanya Pak Mantri dari tadi ngomong ngalor ngidul." Kata Slamet yang memang terkenal suka marah.
"Sabar dulu Mas Slamet, Pak Mantri di datangkan Pak Lurah ini hanya ingin memberikan wawasan jika penyakit sapi yang sekarang lagi mewabah harus diwaspadai agar tidak menjangkiti hewan sapi kita. Jadi intinya gini mas Slamet, kebersihan sapi dan memperhatikan kebersihan kandang harus menjadi perhatian lebih untuk saat ini. Apalagi rumput yang biasanya kita beli dari luar daerah sebisa-bisanya untuk saat ini tidak usah dulu." Kata Jogoboyo orang yang dianggap punya nyali paling besar.
Jangankan Slamet yang hanya pemarah namun mempunyai tubuh kerempeng. Jumadi preman desa yang mempuntyai tubuh sebesar gajah pun kalau sudah di hadapan Jogoboyo yang nama aslinya Jayeng Sentiko kata orang masih keturunan bangsawan langsung tunduk.
Slamet si Tempramental itu pun diam. Penyuluhan pun selesai, orang-orang yang datang dan hampir semuanya memiliki sapi pulang jalan bergerombolan memenuhi separo jalan. Ketidakpuasan atas keterangan yang diberikan Penyuluh itu pun menjadi pokok bahan pembicaraan.
"Rifan anak saya yang baru kelas 6 SD saja bisa ngomong kalau semua peternak harus memberi makan yang baik, menjaga kebersihan kandang, memberi perhatian pada hewan sesuai petunjuk mantri kesehatan yang sudah dibagikan." Kata Slamet mengejek.