Imajinasi saya pertama kali yang muncul ketika melihat sekumpulan orang berpakaian dari ujung kepala memakai penutup rambut yang sama, baju dan celana senada, bahkan sepatu sewarna pasti akan terlihat kompak. Bahkan Imej yang dibangun oleh sekolompok orang itu seakan memamerkan perbedaan dengan lainnya bisa menjadi pemicu fanatisme
Bahkan tidak jarang demi mempertahankan seragam kebanggaan yang dimiliki mereka rela perang saraf jika ada kelompok lain memakai uniform (seragam) yang sama bahkan hampir sama. Perlakuan fanatisme berlebihan itu bisa jadi merupakan peluapan kebangaan pada ide yang dibangun pada seragam dan atribut yang dipakainya.
Orang memakai seragam untuk pertama kalinya sudah sangat lama bahkan tentara Romawi pun juga memamaki seragam dan atribut yang gemerlapan. Kemudian dalam sejarah perkembangannya tidak hanya tentara, klub-klub olah raga pun banyak yang memakainya. Seperti PSSI dengan kaoos berwarna merah dengan logo garuda di dada sementara itu celananya pasti saja berwarna putih. Hal tesebut tidk terlepas dari imej yang ingin dibangun sebagai kelompok elit.
Sepertinya belum afdol jika suatu kelompok yang sudah dibentuk belum memiliki seragam seperti kelompok sepeda meskipun hanya sekali bersepeda ramai-ramai tetapi musyawarah untuk membuat kaosnya lebih lama. Itu membuktikan jika kekompakan harus dilihat dahulu dari luar. Seperti kebanyakan manusia akan mudah terkesima dengan penampakan yang menarik.
Karisma dari seragam yang dipakai akan menimbulkan kepercayaan diri yang luar biasa. misalnya saja orang-orang yang tergabung dalam suatu suporter bola basket sangat antusias jika dapat memiliki kostum kebanggaan klubnya, apalagi jika sampai diberi langsung oleh pemain idolanya mungkin senangnya antara hidup dan mati, tidak terbayangkan.
Unsur ciri khas yang tidak dimiliki akan menjadi pembeda. Seragam militer akan tetap sama dari baret hingga sepatu yang sampai lutut. Uniform atau seragam ASN memiliki seragam kebanggaan sendiri, kadang-kadang sepasang kekasih yang masih pacaran akan mengenakan pakaian sama atau pakaian couple agar terlihat serasi. Atau satu keluarga memakai pakaian batik yang sama biar terkesan kompak.
Memakai Seragam Seolah Berubah Menjadi Hero
Super hero akan memiliki pakaian yang mencirikan dirinya sekaligus dengan simbol-simbol yang dimilikinya. Karakter yang ada padanya pun melekat dengan keterampilan bela diri yang ada. Misalnya sang hero Superman bajunya yang ada kain di punggungnya mengisyaratkan dirinya bisa terbang.
Kalau saja pakaian imajinasi hero itu dipakai oleh orang-orang untuk simbol kelompoknya maka orang yang melihatnya tidak akan memiliki imajinasi sangar malahan sebaliknya akan ditertawakan karena seperti tontonan karnaval. Maka cara yang banyak dipakai oleh para kelompok ormas ataupun parpol memilih atribut yang mirip dengan tentara.
Teman saya yang seorang tentara ketika tidak memakai seragam tentara tidak akan menyangka kalau dirinya adalah seorang tentara berpangkat sersan. Namun ketika dirinya memakai seragam tentara lengkap maka kesan gagah dan kuat melekat pada dirinya. Jadi tidak salah jika ciri khas militer banyak dipakai oleh ormas dan kelompok-kelompok tertentu, bahkan sayangnya sifat militer juga ikut-ikut dibawa.
Kegamangan untuk memakai seragam yang tidak menandakan kegagahan jarang dipilih, tentunya alasan masih seputar hero. Sifat sebagai kelompok superior akan selalu ada manakala seragam yang dipakai pun lebih dekat kepada ingin perang, mengapa tidak menampilkan seragam yang lebih humanis. Biarlah seragam militer dipakai oleh aparatur negara terutama militer dan kepolisian. Sementara itu organisas sipil memakai seragam biasa yang sopan, kalau mau yang agak resmi memakai PDH.
Seragam Tidak boleh Menyerupai Milik Aparatur Negara
Seragam satpam yang sedang hangat diperbincangkan pada minggu-minggu ini hanyalah sebagian kecil saja masalah seragam yang menyerupai warna seragam milik aparatur negara terutama kepolisian. Jikalau sejak awal ada pembatasan yang jelas antara sipil dan negara maka keambiguan dalam mengenakan seragam tidak mungkin terjadi.