Lebih dahulu mana antara klub sepak bola suatu negara yang mempengeruhi klub, atau klublah yang mempengaruhi tim nasionalnya. Ataukah satu negara yang mempunyai kebijakan tertentu sehingga pola tim nasional harus dipakai dalam klub. Tentunya aneh jika dalam peradaban sepak bola yang kian maju ini masih ada saja intervensi.
Namun demikianlah kenyataannya dalam tim di dunia sangat tidak aneh jika klub akan memakai jasa pelatih dari luar negerinya, yang berarti negara asing telah mengintervensi permainan sepak bola.
Mendatangkan pelatih dari luar negeri tentunya akan dipakai juga filosofinya. Sehingga tim sepakbola nasional suatu negara ciri khas yang dimiliki bisa saja luntur atau bahkan hilang karena adanya asimilasi sepak bola yang sangat terbuka. Misalnya saja dua tim yang berlaga di pertandingan kedua babak 16 UEFA League malam ini Arsenal yang dari Inggris dan Benfica yang berasal dari Portugal.
Dua negara sepak bola yang akar rumputnya mempunyai perbedaan yang mencolok. Inggris lebih mengandalkan fisik dan Portugal lebih mengutamakan skill individu pemainnya. Namun saja aroma klub yang memang berbeda dengan tim nasionalnya karena perbedaan filosofi itulah maka Arsenal akan selalu ditempatkan sebagai unggulan.
Permainan yang selalu mengandalkan pressing ketat dan operan yang lebih pendek. Namun saja setelah Arsenal dilatih oleh Mikel Arteta yang berkebangsaan Spanyol seolah yang ditampilkan gaya permainan yang lebih lamban. Dan mungkin gaya itu tidak begitu cocok untuk klub yang berjuluk The Guners itu.
Sementara itu Benfica berasal dari Portugal yang hingga pekan ke -20 ini menempati posisi ke 3, bisa dipakai gambaran untuk menunjukkan kualitas tim ini. Sesungguhnya jika melihat klasmen di liga masing-masing negara bisa juga dapat dirunut mutu kedua tim itu. Arsenal yang sebelumnya selalu menempati posisi tertinggi di premier league hingga pekan ke 23 ini harus tercecer di peringkat ke-11.
Kalau saja klasmen liga dijadikan patokan pertandingan tentunya Benfica yang dilatih Jorge Jesus yang berkebangsaan Portugal akan sangat mudah mengalahkan Arsenal. Terlebih tipikal pemain-pemain Benfica tidak hanya mengandalkan fisik tetapi skill yang sangat baik. Namun di sinilah letak insting Jesus yang tidak jeli melihat permainan Arsenal yang kali ini sebagai tuan rumah lebih banyak bermain dengan menunggu bola agar lebih banyak dimainkan di daerahnya.
Arsenal yang Lambat dan Benfica yang Menguasai Permainan
Dan pola yang dimainkan Arsenal itu sangat berhasil paling tidak hingga menit ke 20, ketika pemain Benfica lebiha banyak bermain di daerah Arsenal pada saat yang tepa Saka dari lapangan tengah mengoper ke arah Aubameyang yang dengan cerdik melesakkan bola ke kanan jauh kiper 1-0 untuk Arsenal.
Paling tidak permainan Benfica yang lebih menyerang adalah kenyamanan tersendiri bagi pelatih karena dengan menyerang artinya Arsenal harus berpikir juga untuk lebih sering bertahan mengamankan daerahnya.
Dan pelatih hanya berharap tidak ada pemain belakang yang melakukan kesalahan, jika itu terjadi maka kemungkinan Benfica melakukan tendangan set piece, karena itu sangat berbahaya. Dan itu memang mimpi buruk di bagi arsenal di menit ke-40 pemain belakang menjatuhkan penyerang benfica. Tendangan bebas dilakukan oleh Diogo Goncalves. Tendangan yang mengarah keras di pojok gawang dan masuk. 1-1.