Pertemuan kedua tim Garuda Muda dengan North Macedonia adalah pertemuan sebagai ujian setelah pada pertemuan mengalahakan negara yang terletak di Eropa Tenggara. Sebagai Negara penerus Yugoslavia yang kini terpecah-pecah menjadi Negara Negara kecil pastilah urusan sepak bola bukanlah hal aneh.
Kekalahan kesebelasan u-19 dengan skor 4-1 pada pertemuan sebelumnya bisa saja akan dibalas kali ini. Dikatakan sebagai ujian karena jika pada pertemuan ini tim garuda u-19 bisa menang artinya secara tim dan mental sudah mulai terbentuk.
Di tengah ketidakpastian kapan liga Indonesia akan bergulir pertandingan yang disajikan anak-anak muda di negara orang ini akan memberikan rasa pelepas dahaga. Lebih lagi cara bermain Garuda Muda yang diasuh oleh Shin Tae Yong yang berasal dari Negara Ginseng ini meracik permainan yang ngotot dan aliran bola yang cepat, khas permainan ala tim Korea. Dan saya rasa hal itu tidak aneh.
Permainan ngotot dan tidak mudah menyerah itu sangat terlihat jelas ketika menit ke-11, ada kemelut di mulut gawang tim Garuda Muda.
Namun dengan ketenangan pemain belakang Indonesia bisa meng-counter menjadi serangan balik yang juga tidak kalah garangnya. Dan hingga menit ke 28 pertandingan sangat penuh tenaga khas anak muda, kasa-kasar sedikit wajarlah.
Jikalau permainan ngotot pasti butuh stamina yang tinggi, dan pemain Garuda Muda kali ini untuk urusan stamina patut diacungi jempol. Apalagi fisik para pemain North Macedonia lebih menjulang tentu saja mereka lebih kuat, maka kekuatan ekstra pun harus dikeluarkan anak-muda kita. Tampak sekali tiap berebut bola tinggi hampir dipastikan akan menemui kesulitan.
Menit ke-35 Bayu Fikri harus mendapat kartu kuning setelah takel kerasnya menjatuhkan pemain lawan. Hal sangat wajar dalam bermain sepak bola mendapat kartu kuning jikalau memang adanya ketidaksengajaan.
Kalau yang dilakukan oleh Bayu ingin mencedarai lawan adalah suatu tindakan yang sangat tidak sportif. Namun karena tindakan yang dilakukan adalah suatu ketidaksengajaan karena perebutan bola maka saya mengatakan kewajaran.
Hingga pada paruh babak penuh, alias menit 45 pertama pertandingan masih 0-0. Sebagai tim yang pernah kalah dengan skor cukup telak, maka pada pertemuan kali ini tidak ingin kecolongan dengan gol yang banyak. Ibarat orang tidaklah ingin jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya.
Jikalau pada pertemuan pertama seolah-olah memandang sebelah mata dengan pemain muda Indonesia yang berakibat buruk pada kekalahan mereka meski bermain dikandang sendiri.
Hal yang sama yaitu meremehkan lawan tidak tampak pada pertemuan kali. Para pemain Muda North Macedonia lebih dapat menerjemahkan instruksi pelatinya dengan selalu memberi penjagaan para pemain Indonesia lebih ketat, bahkan tidak jarang melakukan sleding yang sedikit berbahaya.