Setiap melihat sepak bola Liga 1 Indonesia terkhusus kala Bali United berlaga ada perasaan yang hampir sama dengan melihat sepak bola Liga liga premier milik sang Ratu Beathric. Saya katakan hampir sama artinya menyerupai. Bukan hanya karena sama-sama permainan dimainkan oleh duapuluh dua orang kemudian ada wasitnya, ditambah ada penonton yang berteriak-teriak memberi semangat. Namun kesamaan Bali United yang "full Power" adalah sama dengan kesebelasan umumnya di Inggris yang mengandalkan "speed n power." Sehingga sangat enak untuk di pelototi sampai sembilan puluh menit.
Kengototan tim ini tidak terlepas dari polesan pelatih Alessandro Stefano Cugura Rodrigues atau lebih terkenal dengan Teco. Pria yang dilahirkan di Brazil 45 tahun ini telah mengubah BU lebih punya gaya. Saya masih teringat kala lelaki berzodiak Leo ini membawa Persija menjadi juara liga I. Ia mampu meracik persija menjadi tim yang sangat diperhitungkan dengan pola permainan yang hampir sama dengan yang Teco terapkan di Bali saat ini. Bermain terbuka mengandalkan pemain sayap kemudian diselesaikan oleh pemain yang menjulang seperti Simic di Persija atau Platje di Bali.
Permainan model terbuka begini akhirnya menyingkirkan Bachdim yang tidak terlalu besar meskipun mempunyai skill yang mumpuni. Namun kebutuhan timlah yang utama, di sini kejeniusan Teco untuk Sang pelatih BU, sering lebih menonjol dibanding dengan pelatih lainnya soal meracik tim dan membuat strategi. Pada saat menjamu tim Persela Teco menyimpan Bachdim. Dan mengandalkan Melvin Pletje di depan yang di topang Paolo Sergio. Dan terbukti ampuh racikan Teco, lewat umpan Paulo Sergio yang melambung Melvin mampu menanduk bola menjadi gol. Pada menit ke 24 kedudukan 1-0. Kedudukan bertahan hingga jeda 45 menit pertama.
Pada babak kedua, setelah Willian Pacheco pemain Bali United mendapat kartu merah, saya prediksi permaian akan berjalan membosankan karena BU akan mempertahankan torehan nilai 1. Dengan cara bermain lebih defensif, atau bermain lebih ke dalam di daerah permainan sendiri. Dengan asumsi tambahan koleksi nilai satu berarti akan mempertahankan posisi BU di puncak klasmen sementara. Namun prediksi saya salah, kehilangan seorang pemain bukan berarti BU mengendorkan serangan, dengan sepuluh pemain seolah tidak berbeda kala bermain dengan sebelas orang. Beberapa kesempatan yang dimiliki BU kalau dinilai dengan kemungkinan maka prosentasenya adalah 90. Namun sayang sekali kenyataan 10 persen yang menggagalkan untuk menjadi gol. Keasyikan menyerang saat ada serangan balik dari Persela ada celah terbuka di pertahanan BU dengan tendangan keras dari luar kotak pinalti Arif Satriya mampu merobek gawang yang dijaga Wawan Hendrawan. Kedudukan 1-1.
Entah Persela yang bermain kesetanan untuk menghindari klasmen degradasi atau permainan yang terbuka dari Bali membuat Persela banyak mempunyai kesempatan juga untuk membobol gawang BU. Kedua Pelatih baik Neil Mizar dari Persela maupun Teco tidak hanya menginstruksikan pemain bermain pragmatis demi meraih kemangan. Tetapi juga menunjukkan suatu pola permainan yang terus mengalir. Membordir lawan dengan suatu sistem permainan yang menjadi ciri. Yang berarti jika ciri khas permainan sudah dimiliki tinggal menjaga agar karakter itu menjadi landasan klub untuk bertahan dengan suatu pola yang diyakini, sebagaimana klub-klub di negara maju.
Ciri itu rupanya menjadi karakter yang kuat sebagaimana saat pemain PSSI dipegang oleh Luis Milla yang asal spanyol. Power full, pressing ketat, tidak loyo kalau kehilangan bola. Apakah ini permainan ciri khas Indonesia? Buktinya kala permainan seperti ini diterapkan pemain terlihat enjoy meskipun harus habis-habisan tenaganya. Permainan menjadi lebih cepat, antar lini tidak gagap. Jika ya artinya Tecolah pemain yang sangat pantas untuk menukangi Timnas Garuda. Toh di Timnas sudah ada Wawan, Bachdim, Lilipali tinggal mencari pemain yang sesuai dengan karakter permainan.
Dan untuk saat ini saya rasa hanya Bali Unitedlah yang mempunyai suatu karakter bermain Permainan terbuka inilah yang sangat enak ditonton lewat layar kaca. Dan saya hanya bisa membayangkan saat menonton BU di stadion pastilah riuh sekali. Dan berbahagialah yang sempat menyaksikan pertandingan ini lagsung dari stadion.
Bali United adalah tim baru namun sebenarnya adalah kesebalasan lama. Kesebalasan ini bentukan dari PS Samarinda eks tim Perserikatan dan Putra Samarinda dari Galatama (Wikipedia). Tim ini bermarkas di Stadion Kapten Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Dan klub ini sudah membuka dirinya sebagaimana klub-klub profesional di negara Eropa dengan membuka bantuan dari luar klub berupa saham yang diperjual belikan di pasar. Sehingga pemasukan yang terbuka akan membuka keuangan klub menjadi banyak.
Keuangan klub yang baik tentunya juga akan berpengaruh dengan kemampuan klub untuk membeli pemain-pemain yang mempunyai skill yang baik pula. Misalnya Stefano Lilipaly yang dibanderol 7,45 Milyar (alphapay.id) dapat di rekrut. Memang begitu hukumnya sepakbola profesional, semakin harga pemain mahal semakin profesional juga mestinya baik dari skill maupun atitude. Dan terakhir bisa mengangkat nilai klub. Dan bagaimana dengan Teco untuk menjadi pelatih Timnas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H