....
Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
untuk Indonesia Raya
....
Sepenggal baris dari Lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman yang dinyanyikan anak-anak pada upacara senin di SMK Nasional Pati kali ini terasa ada perasaan gamang kalau dikaitkan dengan keadaan sekarang.
Apakah baris itu sudah dipahami sepenuhnya oleh para pemangku kebijakan negara dari tingkat pusat hingga r.t. kalau yang diutamakan pertama kali adalah membangun jiwanya yang berarti unsur terdalam atau hakikat yang menggerakkan seluruh hati, rasa, pikiran.
Jika unsur inner sudah terbangun kuat maka selanjutnya membangun unsur luarnya. Salah satu alat untuk membangun jiwa adalah dengan mengadakan upacara untuk menanamkan cinta bangsa dan negaranya.
Mengapa upacara harus hari Senin? Menurut saya, sebelum memulai pembelajaran dari hari Senin hingga Sabtu sikap mencintai negaranya selalu mendasari tiap gerak siswa, bahwa kesadaran itu perlu selalu ditumbuhkan untuk membangun bangsa. Sehingga ketika mereka sudah lepas dari jenjang pendidikan dapat mendarmakan ilmunya untuk kemajuan dan kemakmuran bangsanya.
Bagaimana bangsa dibangun tidak pernah lepas dari kemauan pemimpin bangsa untuk menanamkan cinta bangsa dan negaranya. Sebenarnya dasar hukum untuk melaksanakan sudah ada dan selalu diperbarui terkahir adalah Permendikbud No. 22 Tahun 2018. Di dalam aturan itu sudah jelas bahwa tujuan diadakan upacara adalah untuk menumbuhkan sikap antara lain mencintai bangsanya. Dan tentunya ada tujuan-tujuan lain, misalnya menumbuhkan karakter yang baik, sikap disiplin, rasa percaya diri sendiri. dan tanggung jawab.
Tentunya tujuan yang diamanatkan dalam Permendikbud di atas akan lebih kuat mengena kala pelaksanaan upacara diikuti oleh seluruh unsur yang ada di sekolah. Kepala Sekolah yang berada pada barisan, dikuti oleh seluruh guru-guru, kemudian karyawan, tukang kebun, pesuruh, siswa. Tidak ada yang kongkow di sudut ruang karena alasan menyelesaikan laporan atau bergerombol di pojok sekolah karena alasan menghilangkan serangan dari ilmu gaib hehehe . . . .
Dalam pendidikan kia mengenal semboyan ing ngarso sung tulodho artinya semua unsur pendidik bersedia selalu memberi contoh meski contoh yang diberikan adalah dipanas-panaskan, bukankah hanya sebentar hanya tiga puluh menit. Dan lagian dari kegiatan dapat untuk memupuk kembali pikiran dan perasaan cinta bangsa yang kadang-kadang tergerus dengan kesibukan dengan tugas. Sebagai pendidik sangat mulia kiranya memberi contoh bahwa cinta bangsa adalah sebagian dari iman.
Dalam melaksanakan kegiatan itu ada unsur petugas. Ada unsur pembina upacara, pemimpin kompi, pemimpin upacara, pengibar bendera, pembaca undang-undang, ajudan, pengatur, pembaca doa, pembaca ikrar, regu koor adalah pelaksana yang harus berlatih untuk kegiatan upacara. Latihan tanggung jawab sudah dimulai dari sini karena sistem yang dipakai adalah merotasi petugas upacara. Petugas upacara akan dilaksanakan bergantian dari kelas satu ke kelas lainnya.
Sehingga seluruh kelas dari kelas X hingga kelas XII yang berjumlah 22 akan merasakan menjadi petugas. dan respect kelas lain akan muncul karena memang tidak mudah untuk menjadi petugas upacara. Unsur kelas untuk mempersiapkan upacara terdiri dari siswa, wali kelas akan berdampingan berlatih dengan tim upacara siswa dan pembina upacara. Sehingga semua akan merasakan menjadi petugas.
Sebagai anak bangsa yang pernah mengenyam pendidikan dari SD, SMP, dan SMA pasti merasakan upacara seratusan kali ada yang mempunyai kenangan menyenangkan dan lebih banyak merasa berat untuk bangun pagi di hari Senin. Karena saya yakin di tiap benak anak sekolah akan ogah-ogahan untuk melaksanakan upacara.
Namun ketika siswa sampai sekolah dan ternyata tidak ada upacara, maka sorai anak akan menggema. artinya ada unsur ketidaksukaan saat melaksanakannya. Di sinilah tantangan pendidik untuk dapat mengemas kegiatan tersebut menjadi hal yang menyenangkan.