Acara dimulai oleh Pranoto Coro atau pembawa acara membacakan urutan-urutan acara resepsi pernikahan dengan menggunakan tradisi Jawa. Diiringi Gending Jawa (lagu dengan iringan lagu-lagu Jawa ) temanten putri menuju panggung di kursi pelaminan sambil menunggu temanten pria Untuk ditemukan kemudian diantar ke kursi pelaminan.
Acara ini bisa disebut hanya formalitas atau untuk membahagiakan sepasang kekasih dengan cara diramaikan dengan hanya sekedar mendengar lagu dari mp3 atau bagi yang cukup mampu hiburannya bisa ketoprak, wayang, dangdut, secara live. Acara resepsi ini adalah kelanjutan dari acara inti yaitu akad nikah yang telah dilaksanakan satu hari sebelumnya.
Sudah lama sekitar lima belasan tahun Dodo (pen.) tidak mengikuti resepsi nikahan dengan cara duduk lebih dari tiga puluh menit. Setelah lama tinggal di Pati acara seperti ini tidak pernah diikuti dan masyarakat di sini lebih mencari bentuk singkatnya dari esensi mengikuti acara pertemuan dua temanten yaitu turut menyaksikan itu saja.
Undangan resepsi ini masih dari saudara maka kewajibanlah untuk datang meski harus datang lebih dari 200 km dari Pati ke Kalikotes, Kab. Klaten.
Masih jelas merdu dengan suara bas bak dalang sang pranoto coro menguraikan urut-urutan atau acara pernikahan. Sangat fasih sang ia merangkai rerantaman acara pernikahan dengan menggunakan bahasa kromo inggil diselingi bahasa Kawi.
Dan dari bahasa Jawa model gini saya tanya padda anak yang kebetulan datang dari Sekarang yang masih Ibukota Indonesia, Jakarta. "Paham kamu Nak dengan bahasa Jawa seperrti Ini?" dengan enteng anak saya menggelengkan kepala.
Kalau anak saya yang dulunya sekolah di Jawa tidak paham bagaimana dengan tamu yang datang dari Kalimantan, Sumatera, dll. mungkin diperlukan juga ahli sulih bahasa agar tidak mereka-reka.
Dari acara seserahan temanten dari pihak laki-laki yang disertai dengan pidato-pidato dari kedua belah pihak. Sementara itu temanten putri masih di kursi panggung sendirian dengan pakaian Jawanya yang sedikit-sedikit "dukun temanten" nya membetulkan sanggulnya, menambah bedak di pipinya, mengusap keringatnya seolah-olah sang putri dari kerajaan yang tidak boleh tampil jelek.
Setelah saling sapa dengan lempar pidato tiba-tiba pranoto coro memutar lagu Gugur Gunung karya ki Narto Sabdo. Rupanya isyarat agar para pemuda yang tergabung dalam paguyuban sinoman untuk memulai kewajibannya mengantarkan hidangan para tamu.
Dapat hidangan kue setalah 60 menit duduk. Untungnya tadi sebelum berangkat sudah sarapan. Bisa protes nih kalau duduk sekian menit tidak mendapat asupan.