Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Choliq

Sambal Terasi

Persepsi Tanpa Bukti Adalah Ilusi

Diperbarui: 8 Juli 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persepsi kita berdasarkan apa yang kita lihat itu terkadang tidak sesuai realita.

Kadang kita merasa teman kita kerjanya lancar, uangnya terus mengalir deras, seakan-akan tidak punya sebuah permasalahan atau beban hidup itu adalah sebuah persepsi yang salah.

Sekaya apapun seseorang itu pasti punya masalah. Ia tak kan bisa terlepas dari masalah. Komeng, komedian yang sering muncul di layar kaca pernah berkata pada Abdul. Orang sudah mati saja punya masalah. Kok bisa orang mati  punya masalah ? Tanya Abdul yang masih penasaran. Jawabnya Komeng, 

" Orang  sudah tenang   di dalam kuburan,   eh ada pelebaran jalan. Jadi mayatnya dipindahkan. Kan jadi tidak tenang mayatnya. Si Abdul tertawa terbahak -bahak.

Malam ini saya kedatangan tamu dari Kudus. Ia adalah Robbi Nuruddin, teman saya sekelas saat masih kuliah di kampus negeri di kota Kudus.

Robi bercerita bahwa Zainuri yang juga teman kami sekelas saat masih kuliah merasa bingung.

Selama ini Zainuri bekerja menjadi konten kreator video fanpage di Facebook. Dari pekerjaan yang telah ditekuninya itu ia telah berhasil meraih gaji hingga telah mencapai jutaan. Dari situ, ia bisa mengangkat ekonomi keluarga menjadi  lebih baik.

Kita sebagai teman-temannya terkadang merasa  "Wah enaknya jadi Zainuri, ia punya pikiran yang cerdas bisa menjadi konten kreator dan punya penghasilan yang banyak."

Ternyata setelah ditelusuri dan ditanyakan kepada Zainuri langsung ia  justru menjadi bingung. Kok malah bingung ? Ya.  Jadi ia bingung karena pekerjaannya hanya otak-atik ponsel dan laptop. Ia sama sekali tidak mempunyai pekerjaan yang benar-benar terlihat oleh tetangga-tetangganya. 

Seperti menjual barang, menjadi tukang atau sebagainya.

Sehingga tidak jarang tetangganya merasa curiga dengan teman saya itu. Tidak nampak pekerjaannya apa kok uangnya banyak, bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bisa beli ini, beli itu dan sebagainya. Teman saya ini begitu khawatir kalau nantinya justru dituduh ambil pesugihan, pelihara tuyul, penyandang babi ngepet atau sebagainya oleh tetangga-tetangganya yang menjerumus pada kemusyrikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline