Tukang bangunan tengah berjibaku memaku
sebuah seng sebagai atap warung,
terdengar angin gemuruh dari arah timur berlarian,
begitu kencang menendang-nendang,
panik membalut muka mereka
pasukan di aba-aba
"ayo turun ada bahaya !"
Angin semakin meluapkan emosinya,
Lima menit menjelma tinggi hati
atap seng yang baru saja dipasang
dihajar, ditendang, di buang,
gafalum yang dipeluk paku
tak mampu menepis semangat angin
Ia begitu mampu dan mudah menyapu.
penjual di depan warung dihantam seng.
Kekuatan angin bukan lagi kaleng-kaleng,
pelipis penjual terluka.
Dibawalah ke puskesmas seketika.
Lima menit kemudian usai kejadian,
relawan berduyun-duyun
membersihkan puing-puing bangunan
merapikan, menjaga lingkungan.
( Selasa, 30 April 2024)
Puisi ini terinspirasi dari berita yang berjudul Angin Kencang Mampir Kudus Lima Menit, Robohkan Atap Warung di Dawe. Begini Kejadiannya berlangsung sejak Minggu tanggal 28 April pukul 14.00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H