Lihat ke Halaman Asli

Nurul Solehah

tentang hidup

Pentingnya Bijak Bermedia Sosial di Masa Pandemi

Diperbarui: 10 Desember 2020   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

brilio.net

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia mengalami perubahan dari hari ke hari. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perluasan jangkauan internet, peningkatan kapasitas internet, penggunaan teknologi internet dan komunikasi terkini yang lebih cepat dan efisien, perkembangan ponsel pintar, maraknya berbagai media sosial dan e-commerce, dan Peningkatan pemahaman dan populasi aktif. 

Gunakan internet. Ponsel pintar dan juga media sosial adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ini berlaku tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga untuk anak-anak. Terutama anak muda yang sudah familiar dengan penggunaan smartphone dan media sosial.

Dalam masa pandemi seperti sekarang kita sebagai manusia harus bisa mebedakan dampak positif maupun negatif dalam bermedia sosial Saat menggunakan media sosial khususnya di kalangan remaja harus dalam pengawasan orang tuanya agar kita sebagai orang tua mengetahui bahwa mereka menggunakan media sosial untuk apa saja.

"Masyarakat berlomba menjadi yang tercepat dalam membagi informasi di media sosial. Terkadang tanpa cek dan ricek. Yang viral dianggap sebagai sebuah kebenaran Di satu sisi menimbulkan manfaat positif luar biasa, namun di sisi lain low-taste content yang membanjir melalui internet dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat", yang di ungkapkan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Rosarita Niken Widiastuti  dalam acara Talkshow peluncuran Seri Workshop Konten Informasi Digital (KIDi) 2017 di Grand Studio Metro TV, Rabu (25/1/2019). 

Dalam masa pandemi seperti ini banyak orang yang tidak mau melakukan rapid test, swab test dan PCR(Polymerase Chain Reaction) dikarenakan banyaknya hoax yang menyebar di buat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab atas tindakan yang ia buat, Dan kita seharusnya sebagai manusia harus bisa membukikan kebenaran kabar yang tersebar sebelum kita menyebarluaskan kepada keluarga maupun teman.

Sudah lebih dari 1.200 beridar di internet misalnya hoax bahwa bawang putih bisa menyembuhkan kita dari penyakit Covid-19. Penyebaran berita palsu terkait Covid-19 melalui media sosial telah menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, yang berujung pada panic buying(penimbunan karena rasa takut). Karena kelangkaan, harga sembako melambung tinggi, sehingga masker medis dan hand sanitizer tidak lagi beredar di pasaran.

Banyak orang mengalami depresi dan gangguan cemas karena Covid-19 Apalagi jika menambahkan berita palsu terkait Covid-19 melalui informasi yang dibesar-besarkan, atau bahkan laporan palsu Covid-19, banyak orang akan menunjukkan emosi negatif, seperti ketakutan, kekhawatiran, ketegangan, kecemasan, dan lain sebagainya. 

Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018 lalu dan sangat di sayangkan tidak semua warga indonesia menggunakan internet dan media sosial tidak dengan semestinya dengan menulis rumor, hoax, dan cyber crime(kejahatan dunia maya) yang tentu saja akan merugikan banyak orang.

Selain itu banyak juga yang menggunakan media sosial dengan positif. Dalam dunia komunikasi, media sosial dapat digunakan sebagai sarana menjalin satu atau lebih relasi. Bahkan media sosial dapat membantu kita berkomunikasi dalam jarak jauh, karena media sosial memiliki pengaruh global. Media sosial memungkinkan kita berinteraksi dengan mudah di mana pun kita berada. 

Terlebih lagi dengan keadaan pandemi seperti sekarang kita tidak di bolehkan berkumpul dengan banyak orang, dengan adanya media sosial kita bisa bertatap muka dengan menggunakan layanan video call dan juga jika di gunakan untuk keperluan sekolah kita bisa menggunakan layanan Google Meeting dan aplikasi lain nya.

Dalam masa pandemi ini banyak orang yang depresi karena di tuntutkan untuk Stay At Home(berdiam diri di rumah) pelajar dan pekerja kantoran harus mengerjakan tugas mereka di rumah, dan tak heran banyak dari mereka yan mengalami stress. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline