Kirana, begitu nama gadis manis berambut ikal yang baru beberapa jam lalu ditembak Ade. Namun mereka bukan dua sosok manusia yang baru saja dipertemukan lantas jatuh cinta pada pandangan pertama. Rumah mereka yang berdampingan sejak mereka usia taman kanak-kanak hingga kini mulai menginjak dunia perkuliahan, itu seperti takdir yang memang memberikan jalan untuk keduanya agar bisa merajut tali cinta, meskipun tali cinta itu terikat tak semudah yang dibayangakan. Mengingat sosok Kirana yang memang terlahir pendiam, pemalu serta sedikit lugu. Beda dengan Ade yang bisa dikatakan sosok anak gaul yang memilliki wajah yang di idam-idamkan para gadis di abad ini, tidak jarang kirana selalu menyaksikan Ade hampir setiap malam minggu menggandeng gadis yang berbeda dan nyaris wajah gadis-gadis yang dibawanya itu kecantikannya selalu di atas standar.
“ kiran, aku pacar ke berapa kamu ni? “ canda ade, sambil sesekali mengayun perlahan kiran yang kini duduk di depannya. Ayunan itu adalah buatan Ayahnya kiran, terletak di antara rumah mereka. Jumlahnya yang hanya satu sering membuat kiran harus mengalah tatkala dulu saat dia ingin menduduki ayunan itu, ada ade yang sudah menempati lebih dulu, dan dalam kondisi demikian kiran biasanya langsung masuk ke dalam rumah.
“ apa kamu berharap aku menjawab, kamu yang pertama?”
“ kalo itu kenyataanya, aku akan merasa sangat terhormat, malaikat manisku” ade merangkulkan kedua lengannya di tubuh kiran dan membiarkan kiran menyandarkan kepalanya di dadanya.
“ iya, kalau begitu selamat karena kamu berhasil mendapatkan kehormatan itu” kiran tersenyum sambil membebaskan dirinya dari tangan ade, lantas turun dari ayunan dan membalikan badannya.
“ Kiran, bolehkah aku melakukan ini?”
“ hm? apa ?”
“ tutup mata kamu “ ini seperti adegan film layar kaca sebelum sepasang kekasih melakukan “ kiss on lips “.
“ Baiklah “ kiran menuruti, perlahan Ade bersiap mendekatkan wajahnya hingga makin dekat, dekat, dekat dan..
“ Adeeee !!!! matikan musik di kamarmu, ibu tidak bisa tidur @#$$%&*^%%$$..... “ ini adalah teriakan khas dari ibunya Ade, suara itu seperti badai yang menyapu suasana romantis yang beberapa detik yang lalu masih membuat Ade dan Kiran saling terbuai.
“ kau pasti sering terganggu dengan teriakan ibuku itu, baiklah aku harus menyelesaikan masalahku sebelum bertambah besar “
“ iya, aku juga harus masuk rumah”
“ jangan lupa mulai besok berangkat ke kampus sama-sama” Ade lalu mendaratkan bibir merahnya di dahi Kiran, sebelum berlari menuju rumahnya.
“ maaf ya, semoga kamu tidak marah malaikat manisku !!!! “ teriaknya, kiran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum.
***
Kampus memang sama, namun fakultas mereka berbeda, baik bidang serta letak gedung fakultas mereka benar-benar tak sejalan bahkan berjauhan. Kirana yang menimba ilmu di Fakultas Farmasi berada dekat pintu keluar yang berada di ujung Jalan, sementara Ade yang belajar Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Sastra dan Budaya, gedungnya tepat setelah pintu masuk, jadi ade harus rela melewati gedungnya dan mengantar kirana baru kemudian kembali putar balik.
“ Lain kali, kamu nggak harus anter aku nggak apa-apa De “
“ wah, baru sekali ku antar sudah bosan ya “ ucap Ade sambil tersenyum, diam-diam tentu ade sangat ngerti betapa lugunya pacarnya itu, sehingga hanya diantar seperti ini dia sudah merasa sangat merepotkan.
“ bukan begitu de…”
“ sudah, sana masuk. ntar terlambat, aku nie yang jadi alasan. Jangan lupa makan siang ya, ntar sore kujemput lagi di sini “.
“ bukannya hari senin-rabu kamu harus belajar di Broadcast Institute? saatnya memotret gadis-gadis cantik “
“ kamu cemburu “
“ itu kalimat penyemangat, bukan kalimat gadis yang sedang cemburu. aku percaya kamu de “
“ Gadis pintar “ ucapnya sambil mengusap kepala kirana. Ade kemudian segera pergi bersama jeep usangnya.
“ kiran, “
“ eh, Hendry, sejak kapan kamu dibelakangku?” sapa kiran ramah.
“ sejak pacar barumu itu membukakan pintu untukmu dan kamu turun layaknya putri”
“ kamu terlalu berlebihan hen, “
“ kiran dengar aku, Ade bukan lelaki yang baik, lihat saja seminggu atau paling lama sebulan dia akan segera ninggalin kamu. Dia hanya balas budi karena kamu telah merawat dan membuatnya bangkit setelah dia terpuruk karena derita patah hati dan obat-obatan terlarang itu “
“ Awalnya mungkin memang begitu, tapi sekarang tidak, aku percaya dia hen “
***
Hendry sengaja berdiri di depan gerbang, begitu kirana melintas dia siap meraih lengan kiran dan memaksanya masuk mobilnya. Padahal dari seberang jalan Ade pun sudah siap memberi kejutan pada kiran bahwa Broadcast Institutenya untuk hari ini tidak ada jadwal kuliah karena sedang ada proses Akreditas. Sebenarnya Hendry lelaki yang baik, selama ini dia sudah menjadi sahabat baik kirana. Barulah saat kirana meresmikan hubungannya dengan Ade, dia baru merasa kehilangan kirana dan dengan segala cara dia ingin kirana tetap menjadi kirana yang dulu, yang selalu berjalan di sampingnya, selalu memarahinya saat lupa mengerjakan tugas bahkan tidak jarang kirana sering membangunkannya jika kebetulan ada kuliah pagi. Hanya saja Hendry selalu mengabaikan perasaannya, dan baru sadar setelah kirana membuka hati untuk Ade.
“ Hendry…” kirana tiba-tiba muncul dari balik Hendry.
“ kamu lupa tugas Imonologi ya? merangkum bab Gizi dan system Imun? “ Hendry bingung bercampur kecewa dengan dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia punya rencana yang begitu buruk untuk gadis sebaik kirana.
“ Ahh…iya, kapan terakhir kiran?”
“ satu jam yang lalu “
“ kamu mengerjakan tugasku?”
“ he emm” kirana mengangguk mantap.
“ bukankah itu hal yang biasa hen?” sepontan Hendry meraih tubuh kirana dan mendekapnya erat.
“ Hen, lepas. ini kurang pantas di lihat orang “
“ kalau begitu, apa kamu mau ku ajak ke tempat yang pantas dimana disana hanya ada kamu dan aku ?”
“bicara apa kamu ini, please hen, lepasin tanganmu “. Melihat hal itu tentu saja darah Ade seolah mendidih, meletup seperti larva yang siap melelehkan tubuh Hendry.
“ Bukkk…” Satu tinjuan pun mendarat di pipi Hendry yang langsung kaget dan tidak siap akan kedatangan Ade. Kirana Lantas mendekap Ade dan menuntunnya menuju seberang jalan.
“ hen, tinggalkan tempat ini. cepat “ pinta kirana sambil terus memaksa Ade berjalan menjauhi Hendry.
“ De, aku minta maaf “ ucap kirana setelah mereka duduk berdampingan di mobil. Ade masih tampak penuh kemarahan, dia menyapu yang ada di hadapannya dengan tangannya termasuk sebuah mini box bermotif papan catur. Seluruh isi box itupun tumpah di pangkuan Kirana. Gambar Ade bersama model-model cantik, lengkap dengan gaya mesra layaknya sepasang kekasih. Kirana masih berusaha menjernihkan pikirannya bahwa itu bukan hal yang baru, dia sangat memahami bagaimana seorang Ade yang dulu. Tapi begitu terlihat jelas tanggal foto tersebut di ambil, hatinya begitu hancur, foto-foto mesra itu di ambil pagi ini. Ade lantas langsung meluncurkan Jeepnya, kirana hanya diam tanpa kata sesekali dia mengusap air mata yang tak kuasa ditahannya mati-matian.
“ Ade, apa yang kulakukan padamu selama ini ikhlas. jangan pernah merasa hutang budi padaku apalagi sampai kamu harus mengorbankan perasaan dan jati diri kamu “ Kirana membuka pembicaraan setelah Ade menghentikan mobilnya di tepi danau yang senja itu terlihat sepi, Ade masih terdiam namun kebingungan terlihat jelas di raut wajahnya.
“ ahhhrgg…apa maksudmu kiran??!!, kamu benar-benar tidak menghargai perasaanku. foto yang kamu lihat tadi hanya tugas dari Broadcast Institute untuk pose foto Pre Wedding. kalau mau aku bisa memperkenalkan gadis-gadis itu satu persatu padamu. Aku bersumpah kiran, kamu tidak bisa melihat ke mataku?, aku cemburu melihat kamu ada di pelukan Hendry. apa itu masih belum cukup buatmu percaya kalau perasaanku padamu ini jujur kiran” Ade keluar dari mobil dan membanting pintu dengan gusar.
“ Maaf, sepertinya aku juga terbakar cemburu melilhat foto-foto itu. semoga itu bisa membuatmu percaya padaku lagi Ade “ kiran merangkul Ade dari belakang, Ade lantas menarik kedua tangan kiran agar pelukannya semakin erat.
“ Apa aku masih bisa menjadi malaikat manismu?”
“bukan malaikat manis…tapi malaikat termanis “ kemarahan kedua makhluk itu serasa telah terhapus bersih dan berganti menjadi sebuah suasana yang biasa disebut orang-orang dengan kata romantis.
THE END
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H