Tahun 2020, genap 5 tahun aku bekerja. Biar gelar dibelakang nama ngga nganggur. Selama 5 tahun bekerja sebagai tenaga honor, gajinya fruktuatif kayak harga saham di Bursa Efek. Mulai dari 600 ribu perak perbulan, dan terus berubah. Akhirnya ditahun 2020, sudah setara dengan Gaji ASN Golongan IA masa kerja 0 tahun sesuai PP Nomor 15 Tahun 2019 dimana setelah 2 angka di depan, semua angka diganti nol.
Ngga ada angin, ngga ada hujan, tiba-tiba di sambar petir oleh seorang teman. Jadi, si dia ini tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan yang tingkat kesulitannya itu hampir setara Ujian Akhir Nasional. Susah sih ngga, cuman mikir banget buat jawab pertanyaan si dia. Kalau pertanyaannya terkait soal matematika, jawabannya ngga gantung tapi pasti. Tinggal cari rumus yang tepat akan ketemu jawaban yang benar. Lah, pertanyaan si dia ini terkait kondisi di zona yang ngga bisa aku ubah. Kalau berdalih pun, ngga bisa menyelesaikan masalah. Kalau soal-soal di UAN masih enak. Susah dikit, kancing baju yang maju. Eh tapi sekarang, udah ngga ada UAN buat adek-adek yang masih sekolah, kan ya?
"Eh. kamu lima tahun kerja udah bisa beli apa?"
"Alhamdulillah baju lebaran sudah bisa beli sendiri. Pulsa, kuota, sabun dan teman-temannya bisa aku handel tiap bulan tanpa nunggu transferan ortu," responku santai. Aku masih positif thinking kalau dia ini nanyanya dengan alasan ketidaktahuan. Mungkin mau update informasi. Tapi, apa? Aku bukan artis, influencer apalagi selebgram. Follower di IG aja cuman seratus lebih. Insta Story dah kayak sekolah dimasa pandemi, sepiii. Kalau misal aku pencel tombol live nih, yang bakal masuk di room live paling cuman seorang. Itu pun bukan mau nimbrung tapi ngga sengaja pencet notif.
"Yang gedean dikit lah."
Gedean dikit? Hemmm ...
"Selimut sama keranjang baju kotor," balasku lagi. Jujur, jawab ini aku mikir banget. Barang apa yang ukurannya gede yang sudah berhasil aku antar ke rumah. Maka, dua item itulah yang sudah aku ukur dan masuk kategori paling 'gede' diantara item-item lain yang pernah aku beli. Dan ternyata dia masih kurang puas.
"Bukan itu! Yang mahalan maksud aku."
"Hemm... HP?"
"Merk apa?"
Ngga ku jawab. Langsung kutunjukin aja HP-ku. Yang Alhamdulillah seperti Pokemon, selalu berevolusi. Mulai dari Sony Elison dengan aplikasi bawaan kamera belakang doang, berubah jadi Oppi yang ngga cuman kamera belakang, tapi ada fitur tambahan kamera depan. Jadi gampang kalau mau ngaca. Terus sekarang udah upgrade ke Samsul dengan 1 kamera depan dan 2 kamera belakang. Jadi ngga kesepian dia dibelakang sendirian. Cuman, aku masih belum bisa ngumpulin 4 kamera sekaligus. Takutnya ntar mereka ngga motret gambar, malah rapat.
"Itu doang? Mobil?"
Aku geleng. Dengan kedua alis yang hampir tabrakan.
"Kalau Motor?"
Posisi kepalaku tetap sama. Menggeleng. Tapi disini, emosi lagi aku tahan biar ngga meledak. Aku kok merasa ini orang punya maksud lain ya? Ngga mungkin introgasi, kan? Soalnya Aku bukan salah satu dari tersangka yang kasusnya lagi di proses KPK. Dan aku juga ngga terlibat dalam kasus Jiwasraya yang rugiin negara sampe 16 triliun. Atau terlibat dalam polemik pelarian Djoko Tjandra yang kopdar bareng Jaksa Pinangki sampai habisin biaya 500 ribu dollar. Aku juga ngga tau menau, soal pencucian uangnya PT Danareksa Sekuritas.
Dan sumpah, aku juga ngga ikut menyalahgunakan wewenang dalam importasi tekstil bareng Dirjen Bea dan Cukai. Saking panasnya kasus-kasus mereka, KEJAGUNG aja sampe terbakar. Atau dibakar? Soalnya liat kobaran apinya kayak nonton film fast and the furious. Cepet banget. Langsung hangus tuh seluruh bagian gedung utama. Dah kayak sate ayam lupa dibalik.
Belum lagi fire detector sama smoke detector-nya kok kayak anak sekolahan. Pake acara bolos barengan lagi. Kalau aku guru BP-nya, tak suruh perbaiki jembatan di desa terpencil. Walau udah kerahin puluhan unit armada dan ratusan personil, tuh jago merah baru bisa padam setelah konser 11 jam. Durasi waktunya dah kayak jam kerja keamanan. Jadi pengen nanya nih sama temennya avatar. Situ ke KEJAGUNG lagi mabar atau obsesi jadi satpam? Kok lama betul. Ini aku bukan berspekulasi. Tapi minta agar semua kasus itu segera diselidiki dengan lebih hati-hati. Biar mereka para Penjahat berdasi segera diadili.
"Hah?! Lima taon kerja belum bisa beli motor?!"
Dia ini nanya, tapi kok rasanya kayak ngajak kelahi ya? Alhamdulillahnya ini hati udah upgrade. Aplikasi sabar juga baru tak upgrade ke versi terbaru. Jadi ngga kepancing emosi. Kalau belum upgrade, Hirosima dan Nagasaki bisa pindah domisili. Dia pikir aku kerjanya di BPIP kali ya. Kalau aku kerja disana, jangankan motor, Dealernya aku beli!
Nah . . . buat kamu-kamu yang punya teman, kerabat, tetangga, saudara, keluarga yang tipenya kayak si dia, cukup jawab simple aja. Ngga usah kepancing. Ngga usah membatin. Apalagi sampai baper, sakit hati, dan nangis dipojokkan. Waktu sama perasaanmu terlalu berharga buat ladenin mahluk hidup seperti dia. Aku aja kasian sama oksigen yang dia hirup. Sia-sia keberadaannya jadi karbon dioksida untuk orang seperti dia.
"Alhamdulillah walau belum bisa beli motor, tapi dapat rezeki sehat selama 5 taon. Ngga kebayang kalau selama 5 taon sakit-sakitan. Terus oksigen, infus, dokter sama kamar dibayar selama 365 hari dikali 5 tanpa jaminan BPJS. Terus bisanya cuman kedip doang. Tiap buang air butuh bantuan orang lain. Dan tiap pekan cuci darah. Biar kata anak sultan, bisa bablas semua itu duit." Aku lagi mode Angel. Makanya yang keluar kata-kata bijak. Walau dalam hati kayak air dimasak. Mendidih.
"Kalau aku udah dapat si Putih sama Blacky."
Eh, permisi. Siapa yang nanya? Bahkan kalau properti yang kamu punya masuk dalam museum nasional sekali pun, ngga bakal aku ambil pusing. Btw, si Putih itu alat transportasi darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat. Biasanya menggunakan bahan bakar minyak seperti bensin atau solar untuk menghidupkan mesinnya. Aku ngga tau merknya apa. Emang sengaja ngga nanya. Dan ngga peduli juga sama keunggulannya. Mau hemat bahan bakar kah, ramah lingkungan, user friendly, atau bertenaga ratusan kuda.
Kagak peduli! Dan untuk si Blacky, dia itu perangkat telekomunikasi elektronik yang dapat dibawa ke mana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan menggunakan kabel. Kalau Blacky aku tahu merknya. Soalnya dipamerkan. Terus logonya simple banget. Buah kesukaan Shinigami tapi ujungnya sudah kegigit. Serta kamera belakangnya sudah siap untuk rapat.
"Barakallah ya. Semoga manfaat. Aku cabut dulu." Masih mode Angel aku. Ngga mungkin marah kan? Toh dia ngga salah. Cuman kata-katanya aja kayak sambel geprek. Pedas! Kalau ada ayamnya, tak makan.
Setelah itu aku pergi. Pergi dari dia yang frekuensinya ngga bisa aku ikutin. Karena dia yang begitu Jeko, untuk aku yang hanya donat kentang. Tapi jujur, seumur hidup aku ngga pernah beli donat atau gorengan dengan kronologi makan lima bayar dua ya! Emak aku ajarin buat hidup jujur. Kata Wanita Paling Cantik di dunia itu, yang paling erat buat dipegang orang lain dari kita itu, omongan yang jujur.
Nah, buat kamu yang se-frekuensi dengan aku, ngga usah insecure dengan gaji atau kerjaan kamu. Selama itu halal, it's ok. Tenang aja, nominal gaji kamu ngga akan dihisab oleh Allah. Tapi yang dihisab adalah proses kamu mendapatkan gaji dan bagaimana cara kamu menghabiskan gaji. Selama kedua itu sesuai standar yang Allah tetapkan, hidup kamu bakal aman. Jauh lebih aman dari anak Sultan.
Kemudian, apa yang kamu isi selama jam kerja. Apakah sesuai dengan SOP tempat kamu bekerja, atau cuman duduk diam sambil chattingan, scroll Instagram, update status Facebook dan live streaming. Kalau bos ngga ada langsung meeting di warung. Tiap telat alasannya klasik. Hujan dan macet! Terus kalau pulang, paling duluan. Ya Allah...istighfar. Dosa itu memang banyak, tapi jangan kamu borong semua.
And... stop penuhi gengsi! Sejak kecil aku diajarkan untuk membeli sesuatu karena fungsi. Selama fungsinya bisa didapatkan dengan harga standar, ngga usah cari yang terlalu mahal atau dengan merk terkenal. But, kalau saldo direkeningmu tumpah-tumpah kayak air di bak kamar mandi yang lupa dimatiin, ya ngga masalah. Inget ya, beli barang itu buat di pake. Bukan buat dipajang kayak toples plastik emak-emak. Yang kalau hilang tutupnya, serasa kayak mau perang dunia. Kata Pak Haji tempat aku kajian, barang-barang yang dibeli buat dipajang dan tidak digunakan sebagaimana fungsinya, hati-hati bisa jadi berhala.
Dan buat kamu yang punya selera tapi ngga sesuai salary. Gayanya sok high tapi dompet tipis. Terus yang baris dalam dompet hanya Pahlawan Kemerdekaan. Ngga usah nangis mohon-mohon sama Allah minta miskinmu di uninstall. Atau sampai mau jual ginjal buat modal biar dikata orang berduit. Yuk ngerap bareng Ecko Show.
Baju mahal nggak merubah muka pas-pasan
Mati nanti yang ngendorse cuma kain kafan
Malaikat nggak bakal ngasih pertanyaan
Total harga outfit loe itu berapaan?
Mas Bro dan Mba Bro, kalau kamu masih hidup, barti kamu masih punya waktu buat 'daur-ulang' hidup kamu. Kurangin maksiat, tingkatkan taat. Banyakin syukur. Jangan ngeluh terus seolah paling menderita di dunia. Makanya pas kecil jangan main kelereng terus. Ngga pernah denger kisah Nabi Ayyub? Hidup yang kamu keluhkan itu, bisa jadi hidup yang orang lain harapkan.
Bukan sok bijak dan seolah jadi mahluk paling taat. Aku cuman mau kasih info aja, kamu itu ngga bakal mati kalau ngga ngopi di starbucks atau ngemil donat J.Co. Ngga usah jadiin tujuan hidup buat ngoleksi sepatu dan baju mahal yang harganya bisa bangun rumah sewaan.
Semahal apa pun sepatu yang kamu beli, pas dipakai ngga bakal ngerubah wujud kamu kayak sepatunya Adam Sandler. Posisinya juga tetap sama, di kaki. Ngga bakal buat kamu bisa terbang kayak Iron Man. Kalau punya duit banyak, berbagilah. Dengan keluarga atau kerabat. Bangun Masjid, santuni anak yatim piatu, jadi donatur para hafidz, bantu mereka yang membutuhkan, sumbangkan ke para korban bencana alam. Kalau kamu ngga bisa berbagi, minimal keberadaan kamu ngga jadi beban buat orang lain. Simplenya, kalau ngga bisa bantu, ya jangan merepotkan.
Kawan, orang jahat itu emang banyak. Tapi jangan kamu tambahin. Dan orang baik itu, kayak spesies langka. Sedikit banget komunitasnya. Dan ngga usah repot-repot cari, cukup jadi salah satu dari mereka.
Terakhir. Ini pesan ya, bukan wasiat. Kalau kamu mau doain, doain aja aku matinya pas lagi taat. Soalnya malu banget sama dosa. Dah kayak bintang di langit, banyak betull.
Love yourself! Dengan mensyukuri karunia fisik dan potensi yang udah Allah kasih. Ngga usah diubah apalagi sampe habisin duit miliaran buat oplas. Tuh keriput ngga bakal bisa jinak. Jangan tertipu terus sama standar cantik kaum sekuler liberal. Putih, mulus dan tinggi. Mihun di warung jajanan SD bisa masuk kategori ini. Hati-hati, jangan sampai sibuk kerja lembur, sampe lupa ntar masuk kubur. Sibuk ngejar deadline sampai lupa sama deathtime.Love Yourself dengan cara bertaqwa. Minimal ngga maksiat tiap hari. Biar dirimu yang tercinta bisa terhindar dari panasnya api neraka.
.
[6474.210113]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H