Lihat ke Halaman Asli

Nurul Inayah

Penulis Lepas

Pengecut yang Penakut

Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hidup di zaman yang sudah merdeka. Kisah kepahlawan hanya menjadi kisah penyambut pagi yang akan di dendangkan oleh veteran veteran tua sang saksi sejarah.

Karenanya, aku merasa nyaman dengan kata 'aman'. Tidak ingin terpinggirkan, tidak ingin dilecehkan, tidak ingin tertindas, tidak ingin gangguan, siksaan, kecaman dan ancaman.

Bukan karena aku tidak suka. Aku hanya seorang Pengecut yang terlalu takut.

Aku tidak sanggup jika harus berperang tanpa jeda, berjuang tanpa senjata, bertahan tanpa kuasa, bertarung tanpa tenaga layaknya Pemberani Palestina, Pemberani Bosnia, Pemberani Kashmir, Pemberani Irak atau Pemberani Afghanistan.

Aku pun tidak sanggup hidup penuh penindasan, kekhawatiran, kegelisahan, rong-rongan, kelaparan, kesakitan, dan kematian yang siap menerkam seperti Pemberani Pattani, Pemberani Moro, Pemberani Xinjiang, Pemberani Chechnya atau Pemberani Suriah.

Aku pun terlalu takut untuk hidup dibantai layaknya hama, dibakar layaknya sampah, diusir layaknya binatang, tak punya harga diri, tak punya martabat dan tak punya hak untuk hidup layaknya Pemberani Afrika Tengah, Pemberani Rohingya.

Ya. Aku takut. Aku sangat takut.

Bukankah tadi sudah kukatakan kalau aku pengecut yang penakut. Pengecut yang begitu mengharapkan perdamaian dengan selimut aman.
*
*
*
6474.15.07.23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline