No days without teaching. Mungkin itulah deskripsi yang pas untuk keseharian saya. Dengan beban mengajar antara 10-12 SKS, maka hampir tiap hari saya mengajar. Kelas dengan dinamikanya menjadi pengalaman sehari-hari saya. Membuat Rencana Pembelajaran Semester (RPS) menjadi rutinitas setiap awal semester. Membuat soal ujian tengah dan akhir semester menjadi bagian yang tidak pernah saya lewatkan. Membuat refleksi adalah aktivitas yang hampir selalu saya lakukan di setiap akhir pertemuan dan akhir semester. Pendek kata, mengajar dengan segala printhilan yang mengiringinya adalah bread and butter case alias makanan sehari-hari saya.
Hal yang sudah sedemikian menyatu dalam diri saya tersebut menjadi tidak biasa ketika saya harus menjalankannya di depan asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan (LAMDIK) ketika asesmen lapangan (AL) akreditasi prodi. Prodi Tadris Bahasa Inggris UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulunagung, prodi di mana saya selama ini berkhidmat, baru saja asesmen lapangan akreditasi. Salah satu aspek yang dinilai dalam AL adalah proses belajar mengajar. Koordinator prodi saya mengamanatkan kepada saya untuk mendemokan kegiatan mengajar untuk memenuhi aspek proses belajar mengajar tersebut. Tugas tersebut saya terima dengan sepenuh hati. Saya menerimanya dengan sepenuh hati karena ini adalah amanah yang memberi peluang bagi saya untuk berkontribusi terhadap sesama dan lembaga. Dengan sepenuh hati saya menanggapinya karena tugas ini tidak memberatkan mengingat saya sudah pernah mendapat tugas serupa ketika Prodi Magister Tadris Bahasa Inggris di kampus saya sedang akreditasi tahun 2023. Saya sedikit banyak sudah tahu bagaimana membuat asesor LAMDIK happy. Pengalaman ini sudah saya share di Kompasiana dengan judul "PPL" di hadapan asesor LAMDIK.
Di hari kedua asesmen lapangan akreditasi, tepatnya tanggal 12 November 2024 saya mendemokan mengajar Research Statistics in ELT, mata kuliah yang selama ini saya ampu, di depan asesor Lamdik: Prof Dr Anam Sutopo, S. Pd., M. Hum. dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Dr Yayu Heryatun, M.Pd. dari Universitas Islam Negeri Banten. Meski segala sesuatunya sudah saya siapkan dengan baik, masih terbersit rasa was-was, suatu rasa yang selalu muncul ketika kita akan presentasi di depan publik, ketika waktu demo tiba. Perasaan tersebut mengingatkan saya pada peristiwa ketika saya PPL di saat saya masih kuliah S1, di saat saya masih sangat belia. Saat itu, saya harus praktek mengajar di depan guru pamong dan dosen pembimbing lapangan. Meski perasaan was-was kali ini tidak sedahsyat perasaan waktu saya PPL, tapi keduanya memiliki kemiripan. Hal ini mungkin karena suasana dan tugas dari dua peristiwa tersebut adalah sama: mengajar dengan diobservasi oleh pihak luar.
Asesor menyediakan waktu hanya 60 menit untuk mengajar dan refleksi. Dengan topik comparing two means in experimental research, waktu yang tersedia saya manfaatkan untuk membimbing mahasiswa membuat hipotesis penelitian experiment, menentukan critical value, memasukkan data ke SPSS dan menganalisisnya, serta menentukan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis nol, dan menarik kesimpulan. Setelahnya, saya melakukan reflective teaching dengan cara bertanya kepada mahasiswa seberapa jauh pemahaman mereka terhadap penjelasan saya dan saya minta saran-saran untuk perbaikan.
Alhamdulillah, waktu yang tersedia bisa saya manfaatkan dengan sangat efektif. Topik perbadingan dua rerata bisa tersampai dengan tuntas dan reflective teaching pun bisa terlaksana. Lega sekali, dan lebih lega lagi ketika dua asesor memberi apresiasi positif terhadap micro teaching yang saya lakukan. Satu komentar yang menjadi catatan penting dari beliau berdua adalah keterlibatan saya yang masih sangat dominan. Saya terima masukan tersebut. Saya mengakui bahwa di mata kuliah Research Statistics in ELT saya sangat dominan. Saya menjelaskan semuanya. Saya menuntun mahasiswa step by step dalam menganalisis data kuantitatif hingga mereka bisa menginterpretasikan hasil analisisnya. Metode spoon feeding ini saya lakukan karena saya ingin memastikan materi bisa tersampaikan dengan sempurna. Bagi mahasiswa S1, mata kuliah Research Statistics in ELT tidaklah ringan karena matkul ini gabungan dari tiga matkul sekaligus: research, statistics, dan SPSS. Padatnya materi inilah yang membuat saya seperti tidak 'tega' ketika harus melepas mahasiswa, dan akibatnya saya selalu ada di samping mereka sepanjang waktu, dan akibat selanjutnya adalah terkesan spoon feeding.
Terlepas dari apapun alasan saya, komentar asesor saya terima dengan sangat terbuka. Komentar tersebut memacu diri saya untuk menemukan metode mengajar terbaik, yaitu metode yang dengan dominasi saya yang minimalsi namun memungkinkan mahasiswa bisa menyerap materi yang sangat padat dengan secara maksimal. Minimalis di dominasi dosen, dan maksimalis di pemahaman mahasiswa. Itulah gambaran yang pas apa yang harus saya lakukan ke depan. Akhirnya, semoga demonstrasi mengajar di hadapan asesor LAMDIK yang saya lakukan bisa berkontribusi positif terhadap akreditasi prodi Tadris Bahasa Inggris UIN SATU Tulungagung dan karenanya semoga bisa mendapatkan nilai UNGGUL. Aamiin....
Malang, 17 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H