Lihat ke Halaman Asli

Nurul Chojimah

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung

Maaf, Lagi-lagi Tentang Skripsi...

Diperbarui: 10 November 2023   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini perguruan tinggi memiliki kebebasan dalam menentukan kelulusan mahasiswanya. Perguruan tinggi bisa memilih skripsi atau tugas akhir lain sebagai syarat kelulusan.

Ada banyak poin plus yang didapat mahasiswa bila mereka menulis skripsi. Dari sisi akademis, skripsi merupakan gemblengan intensif bagi mahasiswa. Sebagai tulisan berbasis riset, skripsi menuntut penulisnya untuk bisa melakukan riset. Bagi pemula, riset bukanlah hal sederhana. Di dalam riset, diperlukan kejelian dalam menemukan permasalahan yang layak diteliti, dibutuhkan kecermatan dalam memilih teori sebagai pemandu dalam menjawab pertanyaan penelitian, diperlukan ketrampilan dalam menentukan metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian, diperlukan ketrampilan dalam mengolah dan menganalisis data, dan dibutuhkan ketajaman dalam membahas temuan.

Tidak sampai di sini. Permasalahan penelitian, kajian teori, metode penelitian, presentasi dan analisis data serta pembahasannya harus disajikan secara koheren sehingga bisa dipahami pembaca. Oleh sebab itulah peneliti dituntut untuk bisa menulis. Menuangkan ide dalam bentuk tulisan bukan hal sederhana. Memilih diksi yang tepat dan merangkainya dalam kalimat serta menyusun beberapa kalimat dalam satu paragraph hingga berkembang menjadi sebuah laporan panjang perlu effort tersendiri. Perpaduan antara kemampuan riset dan ketrampilan menulis menjadikan skripsi terasa kompleks. Kompleksitas inilah yang memaksa peneliti harus banyak belajar.

Selain menjadikan matang secara akademik, skripsi juga melatih mahasiswa untuk terampil secara sosial. Skripsi melatih mahasiswa untuk bisa bekerjasama dengan dosen pembimbing (dospem) dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam riset. Skripsi menuntut mahasiswa untuk bisa berkomunikasi dengan baik hingga membuat nyaman lawan bicara. Skripsi melatih mahasiswa terampil bernegosiasi. Perbedaan pendapat antara mahasiswa dengan dospem sangat mungkin terjadi. Perbedaan pendapat yang memungkinkan terjadinya friksi bisa terkurangi bila masing-masing pihak bisa mengkomunikasikan pandangannya dengan baik. Ketrampilan dalam menyampaikan perbedaan pandangan, menawarkan ide, dan kesabaran dalam mendengarkan pendapat orang lain dan mencoba menerima perbedaan sangat terasah selama proses penulisan skripsi.

Selain aspek akademik dan sosial, skripsi juga ruang gemblengan mental. Komunikasi intensif dan personal dengan dospem dalam kurun waktu cukup lama tidak jarang menimbulkan gesekan. Tidak jarang mahasiswa salah ucap atau salah sikap yang menyebakan dospem kurang berkenan hingga gesekan muncul. Kesibukan dospem yang sangat banyak hingga tidak jarang ‘melupakan’ mahasiswa bimbingan. Perbedaan pendapat antara dospem 1 dan dospem 2 sangat mungkin terjadi. Perbedaan yang berkepanjangan dan tidak menemukan titik temu sangat mungkin terjadi. Gesekan dengan dospem akibat tidak mulusnya komunikasi, kesibukan dospem, dan ketidaksinkrona anatara dospem 1 dan 2 adalah tiga dari contoh sumber ketidaknyamanan dalam penulisan skripsi. Kasus-kasus tersebut bisa meninggikan emosi dan sangat menyita energi. Diperlukan energi ekstra dan strategi jitu untuk mengatasinya. Di titik inilah ketangguhan mental sangat dituntut. Patah arang dan meninggalkan skripsi begitu saja bukanlah solusi.

Gemblengan akademik, sosial, dan mental adalah benefits yang akan didapat jika mahasiswa menulis skripsi. Dengan menulis skripsi, mahasiswa mendapatkan paket komplit dalam satu waktu. Mahasiswa belajar menajamkan kapasitas akademiknya, meningkatkan ketrampilan sosialnya, dan sekaligus menguatkan mentalnya. Lantas, apa yang akan didapat jika sudah mendapatkan paket komplit tersebut? Belajar menapaki proses yang kompleks akan membuat mahasiswa tidak terlalu terbata-bata ketika menghadapi kompleksitas kehidupan riil. Kehidupan di luar kampus bukanlah hal sederhana. Kadang jalan sangat mulus, tetapi tidak jarang jalanan penuh onak dan duri yang perlu effort besar mengatasinya. Kompleksitas dalam penulisan skripsi bisa semacam uji coba kompleksitas kehidupan yang sebenarnya. Selamat melanjutkan menulis skripsi. Ikuti prosesnya, pelajari kompleksitasnya, dan nikmati hasilnya. Insya Allah berhasil.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline