Yang muncul di benak setiap saat mendengar kata 'wisuda' adalah kegiatan rutinan kampus yang ditandai dengan durasi yang sangat lama, sambutan dari banyak pihak hingga mirip lomba pidato, pemindahan kucir wisudawan oleh rektor, salaman wisudawan dan rektor, dan penyerahan ijazah oleh dekan.
Itulah yang saya bayangkan ketika akan menghadiri wisuda putri kedua---Nur Sophia Matin alias Ophik---di Wisuda UB Periode IV tahun ajaran 2023-2024 tanggal 1 Oktober 2023.
Ternyata, apa yang saya bayangkan tersebut banyak yang tidak terjadi. Pertama, wisuda di UB tergolong singkat, bahkan mungkin sangat singkat untuk ukuran wisuda dengan jumlah wisudawan sekitar 800 orang. Acara dimulai pukul 08.00 lebih sedikit.
Acara pembukaan yang diisi salah satunya dengan sambutan Ketua Panitia berakhir menjelang pukul 09.00. Pemanggilan nama 800-an wisudawan dimulai pukul 09.00 dan berlangsung kurang dari dua jam. Semua prosesi wisuda selesai pukul 11.00. Sangat singkat, bukan?
Kedua, biasanya, saking banyaknya antrian, maka menunggu anggota keluarga yang wisuda maju ke depan dan bersalaman dengan rektor adalah hal yang sangat menjemukan.
Mencermati wisudawan satu persatu dengan aktivitas yang sangat monoton---wisudawan datang ke rektor, rektor memindahkan kucirnya, dan keduanya bersalaman---sering memaksa kita berkali-kali melirik jam tangan. Hal seperti ini nyaris tidak saya temukan di wisuda UB yang saya hadiri.
Rasa jemu menunggu bisa terkurangi dengan menyaksikan cara wisudawan bersalaman dengan Rektor. Salaman dengan Rektor tidak selalu dengan berjabat tangan melainkan bisa dengan banyak variasi gerakan tangan.
Di UB, wisudawan datang ke Rektor bukan untuk dipindahkan kucirnya, tetapi untuk menerima ijazah.
Sebelum ijazah diterimakan, wisudawan 'berhak mengarahkan' Rektor dalam bersalaman, dan Rektor 'berkewajiban' untuk mengikuti 'arahan' sang wisudawan.
Ada yang 'mengarahkan' Rektor untuk membentuk tanda love, maka Rektor dan wisudawan sama-sama mengangkat jari telunjuk dan ibu jari serta mempertemukannya sehingga membentuk hati.
Ada wisudawan yang mengajak Rektor untuk suit; Rektor diminta membentangkan lima jari yang menyimbolkan kertas, dan wisudawan mengarahkan jari tengah dan telunjuk yang menyimbolkan gunting ke arah Rektor.