Lihat ke Halaman Asli

Nurhilmiyah

Bloger di Medan

Tsunami Informasi

Diperbarui: 31 Januari 2018   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: surfertoday.com| Tsunami Informasi

Seminggu ini saya merenungi dua kata yang saya dapatkan dari hasil berselancar di dunia blog. Tsunami informasi. Gelombang raksasa informasi yang datang menghempas masuk ke gadget, dengan berbagai penawaran menarik untuk diikuti, diperhatikan atau sekadar dibaca.

Ternyata tidak semua informasi menarik itu baik untuk diri kita. Tetap aktifkan tombol seleksi dalam pikiran. Jangan mudah mau terprovokasi untuk mengikuti sampai jauh atau bahkan membuang waktu Anda meski hanya beberapa menit membacanya. Sesuaikan dengan kepentingan pribadi. Jika memang butuh membacanya, maka luangkan waktu untuk itu. Namun jika tidak, tak perlu merasa ketinggalan. Sebab tidak semua info wajib kita cerna. Mesti ada yang dilewatkan begitu saja.

Warga net sekarang telah dijangkiti dua penyakit yaitu Fear of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan informasi. Dan Nomophobia, merasa sangat khawatir kehilangan atau jauh dari HP-nya. Seolah-olah hidup itu berada dalam kendali gawai. Jika tidak memperbaharui berita terkini, ia penderita FOMO merasa menjadi orang yang kudet (kurang update). Maka waktunya pun habis di ruang-ruang maya. Puluhan grup WA, belasan grup Telegram, grup BBM (masih ada?), grup Messenger, grup di Facebook, dan sebagainya. 

Salahkah? Tentu saja kalau tidak mengurangi kualitas Anda sebagai seseorang yang dituntut profesional di dunia nyata, tidak salah. Namun faktanya, mengindahkan segala informasi yang meluap di gawai, menyedot kreativitas di dunia yang sebenarnya. 

Penderita Nomophobia juga setali tiga uang, bahkan bisa saja pengidap FOMO juga hidup dengan Nomophobia. Perasaan takut berpisah dengan HP-nya meski cuma sekejap saja. Sedikit-sedikit matanya melihat tablet. Sebentar-sebentar sibuk mengecek pemberitahuan medsos. Seakan menghilangkan kesadaran bahwa saat itu tengah ada dalam ruangan rapat yang serius. 

Lalu bagaimana menguranginya? Tak perlu dikurangi, yang perlu diatur adalah jadwal penggunaannya. Berusaha cerdas dan cermat dalam menyeleksi informasi yang masuk ke ruang-ruang gawai. Berpikirlah lebih rasional. Kegiatan offline jauh lebih berarti daripada stalking akun teman, apalagi rival.

Memperbanyak bermain bersama buah hati lebih bernilai investasi bagi psikologinya ketimbang berhaha-hihi tidak jelas di ruang chit-chat. Saatnya mengatakan, "menarik tapi tidak tertarik", pada informasi yang kita tidak berkepentingan dengannya. Selamatkan diri dari Tsunami Informasi.

Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline