Lihat ke Halaman Asli

Nurhilmiyah

Bloger di Medan

Agar Kampus dan Masyarakat Lebih Akrab

Diperbarui: 10 Desember 2017   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterangan foto: bersama para relawan LSM Bitra Indonesia. (Dok. Pribadi)

Seminar Perlindungan Hak Pekerja Perempuan 7 Desember 2017 lalu menyisakan banyak pemikiran di benak saya. Selain berencana mengangkatnya menjadi tema usulan penelitian saya berikutnya (karena berkaitan erat dengan isu strategis yang menjadi RIP kampus), acara yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sumatera Utara itu membawa saya pada perkenalan dengan beberapa teman baru. Rasanya rugi jika kesempatan menambah kolega terlewat begitu saja saat menjadi peserta aktif sampai makan siang bersama, kami tidak memperbincangkan sesuatu.

Mereka banyak bertanya tentang peran kampus dalam perjuangan mengangkat harkat dan martabat pekerja perempuan. Saya sampaikan pada teman-teman relawan tersebut, memang kami tidak bisa seintensif mereka mendampingi para pekerja rumahan itu dari rumah ke rumah. Tapi kedepannya bisa dijalin kerjasama melalui Program Kemitraan Masyarakat yang ada dalam program hibah Kemenristekdikti. Agak susah payah saya menjelaskan bahwa kampus tak begitu saja memberikan bantuan dalam bentuk dana. Kampus membantu lewat kegiatan dharma perguruan tinggi, kewajiban melaksanakan pengabdian masyarakat.

Saya jadi teringat tulisan Dr. Amie Primarni yang diposting di fanpage Dosen Menulis. Artikel singkat bertajuk Jurnal Ilmiah Penting, Tapi Tidak Cukup. Setelah dosen melakukan kerja-kerja intelektualnya termasuk meneliti, kemudian ada keharusan untuk menyebarluaskannya melalui artikel yang dimuat di jurnal ilmiah, baik nasional maupun jurnal internasional.

Lalu bagaimana menyosialisasikannya kepada masyarakat dalam bahasa yang populer. Sebagai upaya membumikan ilmu pengetahuan ke kalangan masyarakat awam. Jurnal ilmiah dinilai tidak cukup menyampaikan hasil penelitian, di sinilah perlu buku-buku dan artikel populer agar lebih berdaya guna di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Dr. Ibnu Wahyudi, dosen FEB UI dalam Kelas Menulis Efektif yang juga diselenggarakan Dr. Amie, dosen bisa saja membukukan karya-karya ilmiahnya. Tapi tentu perlu perombakan besar sebab pembaca buku bukanlah pembimbing skripsi/tesis/disertasi melainkan khalayak umum. Saya sepakat mengenai hal ini. Dosen tak bisa sekehendak hatinya menulis dengan bahasa-bahasa ilmiah yang familiar bagi masyarakat intelektual kampus, namun asing bagi masyarakat umum. Hal ini perlu menjadi perhatian agar kampus dapat lebih akrab dengan masyarakat.

Akhirnya jika tetap saja memaksakan istilah-istilah akademik ke luar "pagar" kampus, dikhawatirkan tujuan ikut mencerdaskan masyarakat lewat berbagai macam hasil penelitian tidak tercapai dan kampus tetap menjadi menara gading di tengah-tengah masyarakatnya sendiri. 

Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline