Lihat ke Halaman Asli

Nurhilmiyah

Bloger di Medan

Aerobik Literasi

Diperbarui: 8 Oktober 2017   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aerobik yang dimaksud di sini adalah suatu sistem latihan fisik yang bertujuan meningkatkan efisiensi pemasukan oksigen dalam jaringan tubuh. Sederhananya, serangkaian senam yang diiringi musik tertentu dengan durasi tertentu bertujuan untuk membuat tubuh menjadi bugar dan semakin sehat. 

Lalu bagaimana ceritanya aerobik yang sangat disenangi kaum hawa (termasuk saya), bisa digandengkan dengan literasi? Begini ceritanya. Aerobik itu konon jika dilaksanakan secara rutin dengan penuh komitmen dalam waktu kurang lebih tiga bulan sudah bisa menampakkan hasilnya. Perut yang kempes, otot lengan yang ramping, dan jarum timbangan yang bergeser ke kiri. Tentu saja dibarengi dengan pola makan yang sehat sesuai pedoman gizi seimbang.

Dihubungkan dengan literasi ada kemiripannya. Menulis itu jika ingin lancar dan merasakan nikmatnya menulis, perlu latihan. Menurut Rhenald Kasali, latihan-latihan itu, menurut para ahli memori, akan mempertebal 'myelin' yang membungkus sel-sel syaraf di sekujur tubuh manusia, membentuk 'muscle memory'. Memori itu akan menggerakkan tangan manusia secara otomatis sehingga melancarkan apa yang diproses oleh 'brain memory'.

Pengetahuan tentang menulis disimpan di 'brain memory'. Informasi dari bacaan, penelusuran data dan semacamnya distok di sana. Bisakah aneka ragam pengetahuan tentang menulis itu otomatis menjadikan seseorang mahir menulis? Sama saja dengan ingin mengurangi kelebihan berat badan, punya sederet informasi mengenai sanggar aerobik beserta jadwalnya tapi tidak kunjung berangkat ke sanggar aerobik. Nihil.

Penurunan berat badan ke angka ideal hanya dalam tataran idealita semata tanpa ada realitanya. Demikian juga menulis, jika tidak ada latihan demi latihan jangan harap lancar menulis. Baru saja merangkai beberapa kata, rasanya kurang pas dan ingin segera menghapusnya lagi. Semuanya memerlukan proses yang tidak instan. Ada kesabaran dan komitmen yang menyertainya. Salah satunya membiasakan menulis bebas ('free writing').

Jadi sehebat apapun teori tentang menulis kalau tidak dipraktikkan secara rutin, tentunya tidak akan ada tulisan yang dihasilkan. Pengetahuan menulis disimpan di 'brain memory', praktik menulis disimpan di 'muscle memory'. Semakin teratur dan konsisten melakukan latihan menulis maka hasil latihan akan disimpan dalam 'muscle memory'. 

Sama seperti aerobik, jika teratur dan konsisten hadir di sanggar mengikuti 'excercise', 'body language', angkat barbel, untuk membakar lemak, mengencangkan otot abdomen, menaati aturan pola makan gizi seimbang, maka proses yang memerlukan waktu dan tenaga akan segera memperlihatkan hasilnya. 

Jika latihan aerobik sudah menjadi jadwal rutin maka jaringan tubuh kaya oksigen, terasa lebih sehat, langsing, senantiasa segar bugar dan tampak awet muda. Demikianlah kemiripan kegiatan aerobik dengan aktivitas literasi. Kurang lebih bisa disetarakan menjadi aerobik literasi untuk memudahkan dalam mengingatnya.

Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline