Saya jarang nongkrongin acara tivi secara khusus. Acara yang saya lihat, biasanya sih, kalau nggak cloud bread, tayo, robocar polly, upin ipin, dan berbagai acara anak-anak...ya, berita, sepak bola, atau balapan grand prix. Hemm, golongan acara pertama buah pilihan my kiddos, dan golongan kedua pilihan ayah mereka. *curhat, bu? :D
Nah, kali ini saya tongkrongin tuh tivi. Bukan demi ngeliat mbak nana yang cantik dan pinter, namun demi mantengin edisi "cerita dua sahabat" yakni ahmad mustafa bisri (gus mus) dan quraish shihab. Syukurlah, anak-anak anteng, dan emaknya bisa nonton dengan tenang..he. he..
Sebagaimana ribuan, atau bahkan lebih, orang yang menanti-nantikan episode talkshow yang ini, saya pun berharap banyak dari acara inj. Khususnya, terkait tema yang ikut dibahas di dalam perbincangan kedua sahabat ini.
Tentu, ulasan panjang lebar sangat bisa kita lakukan. Juga pro kontra, atau bahkan sekedar komentar emosional. Yang sudah jamak mewarnai negeri ini. Dari perisriwa ke peristiwa. Terlebih dari pilkada ke pilkada.
Mohon buang jauh-jauh sentimen politik maupun prasangka. Dan bukankah lebih indah meresapi acara dan perbincangan teduh itu dengan kesejukan hati?
Ada beberapa catatan kecil yang ingin saya highlight. Subjektif? Tentu, namun barangkali bermanfaat.
Gus Mus dan Abi Quraish (demikian mbak nana mengakrabi mereka) merupakan satu dari sejuta. Dua sahabat yang keduanya ulama ibi, benar-benar istimewa. Perkataan-perkataan santun, sarat ilmu, yang mengalir dari kebenibgan hati, mampu menghangatkan dada jutaan pemirsa yang menyaksikan mereka. Baik yang secara langsung, siaran ulang, melalui media televisi youtube, atau apapun.
Kognisi dan persepsi bisa saja tertipu, terjebak salah paham. Namun hati yang hangat, tersentuh oleh cahaya batin yang terus terpancar, tak bisa dimanipulasi. Terus terang saya tak bisa menahan air mata selama tayangan dua sahabat itu.
Keduanya saling meninggikan, namun tak pernah jemu saling berdiskusi, saling mengingatkan. Quraish menyampaikan pandangannya bahwa sahabat itu seperti dua garis yang beriringan, saling menguatkan, juga saling mengingatkan. Sahabat tidak ingin berada di depan yang sahabatnya, juga tidak di belakang.
Quraish juga mengibaratkan sahabat sebagai jiwa yang sama, namun dalam tubuh berbeda. Maka, pabila sahabat berbuat salah, sahabatnya akan mengingatkan, namun tak akan pernah membenci.
Gus Mus mengagumi Quraish dengan ilmunya yang luas, dan karakter beliau yang serius dan tekun. Quraish mengagumi Gus Mus dengan kecerdasan dan kejernihan hati Beliau.