Hari Inspirasi
Tentu kita sudah cukup mengenal Gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan yang dimunculkan sebagai salah satu brilliant ideas Anies Baswedan telah berjalan beberapa tahun terakhir. Sepengetahuan saya setidaknya semenjak gerakan ini digulirkan di tahun 2012, masyarakat dan kaum profesional menyambut hangat dan sebagian terjun langsung menjadi relawan. Sebagian lain terjun langsung menjadi Pengajar Muda (PM), yang di tahun 2014 ini (sepengetahuan saya) sudah masuk angkatan VIII. Ini cerita singkat saya ikut mengambil peran menjadi relawan inspirator di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
[caption id="attachment_365783" align="alignnone" width="847" caption="Para Relawan Hari Inspirasi 2014 SDN 1 Balik Terus Bawean"][/caption]
[caption id="attachment_365789" align="alignnone" width="768" caption="Para Pengajar Muda Bawean 2014 "]
[/caption]
Menjadi Relawan Hari Inspirasi
Sebagai salah seorang relawan inspirator di Bawean, tepatnya di SDN Balik Terus 1, yang pertama saya alami adalah perasaan terharu. SD ini adalah SD yang beberapa waktu lalu diberitakan atapnya runtuh di media massa ataupun media cetak. Pada Senin, 29 September kami para relawan hari inspirasi berdiri melangsungkan upacara persis di tempat tersebut. Upacara di halaman sekolah berlangsung khidmat. Rasa haru menyeruak dalam diri saya.
Wajah-wajah anak-anak SDN 1 Balik Terus bersinar-sinar sepanjang Hari Inspirasi. Semangat mereka menyala semenjak pagi hingga hari itu usai. Tak satupun yang mengenal profesi saya sebagai Psikolog. Namun di kelas mereka begitu antusias terlibat dalam kegiatan di hari inspirasi tersebut.
Adik-Adik, Psikolog Itu Seperti Dokter
Saya mencoba menjelaskan bahwa Psikolog mirip dengan Dokter. Namun, Psikolog tidak mengobati orang sakit panas, flu, atau sakit perut. Psikolog “menyembuhkan” orang-orang yang “sakit” di dalam diri mereka. Psikolog membantu orang-orang yang “sedih” menjadi “lebih bahagia”. Psikolog membantu anak-anak yang “tidak bersemangat sekolah” menjadi “semangat dan gembira bersekolah”
[caption id="attachment_365787" align="alignnone" width="720" caption="Pose "]
[/caption]
“Bagaimana Adik-adik, apakah sudah tahu Psikolog itu apa?”
Tidak semuanya menjawab. Namun kali ini raut muka anak-anak usia sekolah dasar tersebut tampak lebih paham. Tidak terlihat lagi raut muka berkerut-kerut ataupun bertanya-tanya saat saya menyebutkan profesi “Psikolog”. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur.
Sengaja saya mengedarkan sticky-notes. Kemudian saya minta anak-anak SD tersebut mengisi apa yang terlintas dalam benak mereka ketika mendengar kata “Psikolog” sekarang.
Saya tersenyum. Mata saya menelusuri kertas-kertas berwarna cerah yang tertempel manis di papan tulis. Saya baca keras-keras supaya mereka mendengar, dan saya apresiasi satu demi satu jawaban yang mereka tuliskan tersebut. Semua jawaban mereka benar, setidaknya telah mengarah pada gambaran profesi Psikolog yang saya jalani.
Sebuah kertas bertuliskan “Seperti dokter”
Kertas yang lain bertuliskan “membantu orang stres”
Pengertian sederhana dalam bahasa anak-anak namun cukup memberikan harapan baru bagi saya. Mungkin suatu saat nanti anak-anak Bawean ada yang tertarik menjadi Psikolog. Pun, kalau tidak demikian, setidaknya pengetahuan mereka tentang profesi bertambah satu perbendaharaan kata lagi. Harapan saya, tidak ada satu pun anak Bawean nantinya yang bercita-cita menjadi TKI di negeri orang. Apalagi tanpa bekal skill yang cukup, yang “memaksa” mereka bekerja menjadi Asisten Rumah Tangga (ART).
Hadiah untuk Anak-Anak
[caption id="attachment_365784" align="alignnone" width="720" caption="Bersama Siswa-Siswi dan Guru SDN 1 Balik Terus Bawean"]
[/caption]
Dalam tas ransel saya telah saya siapkan berbagai hadiah. Sengaja saya kerahkan anak dan ponakan saya untuk membungkus rapi hadiah-hadiah tersebut dengan kertas kado nan cantik. Bagi saya, apapun isinya, meskipun sekedar alat-alat tulis, apabila dikemas secara cantik akan lebih membahagiakan bagi mereka yang menerima hadiah tersebut.
Di kelas saya ceritakan kalau yang membungkus rapi hadiah-hadiah bagi mereka adalah anak saya yang baru berusia empat tahun, dan ponakan saya yang berusia sepuluh tahun. Hadiah-hadiah tersebut akan saya berikan untuk anak-anak yang aktif. Mereka yang mau mengangkat tangannya menjawab pertanyaan atau melakukan aktivitas tertentu yang saya minta akan memperoleh hadiah. Tidak perlu ragu atau takut jawabannya salah. Alhamdulillah, anak-anak di semua kelas di SDN 1 Balik Terus tampak antusias. Dengan suara lantang dan wajah berseri anak-anak SDN 1 Balik Terus menjawab pertanyaan dan juga bertanya pada saya. Yang menarik, salah seorang siswa kelas 1 SD bertanya pada saya dengan malu-malu, dalam Bahasa Bawean: “ Apa makanan kesukaan Bu Guru?”
Mampukah Kita Menginspirasi?
Secara pribadi saya tidak merasa sebagai sosok inspiring. Hanya, bermodalkan tekad yang menyala saya mencoba memperkenalkan profesi saya kepada adik-adik sekolah dasar di Bawean.
Kalaupun tidak ada anak-anak SDN 1 Balik Terus Bawean yang ingin menjadi Psikolog sebagaimana profesi saya, maka setidaknya saya berupaya menginspirasi mereka untuk melontarkan impian mereka jauh setinggi bintang-bintang di langit.
Local Wisdom Masyarakat Bawean
[caption id="attachment_365785" align="alignnone" width="960" caption="dari facebook Kelas Inspirasi Gresik-Bawean "]
[/caption]
Sedikit cerita, bahwa pada hari ke dua saya menginjakkan kaki di Pulau Bawean nan cantik, saya dan ketiga orang relawan hari inspirasi lainnya sempat mengelilingi Pulau Putri tersebut.
[caption id="attachment_365788" align="alignnone" width="800" caption="Foto Oleh Ameen Mulya"]
[/caption]
Tanpa dinyana, dalam perjalanan sehari tersebut kami “berjodoh” dengan Pak Nasir, seorang budayawan Bawean. Menurut Beliau, biasanya orang-orang yang ingin mengenal Bawean datang mencari Beliau. Namun kami berbeda. Kami adalah “jodoh” bagi Beliau. Kami dipertemukan takdir, sehingga istimewa bagi Beliau. Beliau bercerita banyak pada kami. Bahkan Beliau mengajak kami mampir ke rumah Beliau. Kami juga berbincang-bincang santai di sebuah rumah makan nan eksotis persis di tepi pantai, makan ikan laut dengan dikelilingi pemandangan eksotis Bawean yang luar biasa menakjubkan.
Kami berbincang-bincang dengan Pak Nasir diiringi oleh desir ombak dan semilir angin laut. Udara pantai siang hari yang cukup hangat, bahkan terik matahari yang kian terasa tidak sedikitpun menyurutkan antusiasme kami berbincang mengenai Bawean.
[caption id="attachment_365786" align="alignnone" width="899" caption="Di Rumah Makan Lohsari Bawean"]
[/caption]
Salah satu hal yang menarik bagi saya pribadi, yakni filosofi (local wisdom) masyarakat Bawean. Sebagaimana saya kutip dari Pak Nasir, seorang budayawan setempat (mohon maaf apabila ada kesalahan tulis mengingat saya belum menguasai Bahasa Bawean): “Ajek bengal-bengal mokak sewek. Mon gitak ngarasae mokak langek. Ajek mokak langek mon tak cokop sangokna.” Yang kurang lebih bermakna “Jangan berani-berani membuka kain kalau belum bisa membuka langit. Jangan membuka langit kalau belum memiliki cukup bekal.” Filosofi yang sederhana namun mendalam, yang bagi saya mampu menjelaskan pandangan masyarakat Bawean.
@haiuyung
∞∞∞