Lihat ke Halaman Asli

Nurudin Sidiq Mustofa

Filmmaker/Master Student on Film Studies

Menonton adalah Melawan

Diperbarui: 19 September 2022   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di era-yang disebut sebagai "media saturated world"- saat kehidupan manusia telah dimediasi oleh media massa, dan cara kita melihat, memandang, memahami, dan berperilaku terhadap realitas sosial telah di antarai oleh media massa Apa yang ada di sekitar kita, menentukan cara kita bertindak dan berperilaku terhadapnya, karena apa yang kita lihat, tonton, baca dengarkan, dan nikmati dari media massa "mengajarkan" kita untuk melakukan seperti itu. 

Pada kenyataannya, budaya kita sebenarnya juga dibentuk oleh media massa yang kita nikmati tiap harinya. Perlu ada penapis dan filter dari dalam diri kita sendiri. Solusinya adalah literasi media dan literasi kritis. Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. 

Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses. (http://id.wikipedia.org, diakses 19 Februari 2017). 

Dengan literasi media (atau sering disebut melek literasi), kita bisa melawan hal-hal yang kita anggap aksiomatis (dianggap benar) seperti anggapan bahwa media adalah sumber informasi yang paling benar. Tidak melakukan kontemplasi terhadap informasi apa saja yang kita terima dari media adalah hal yang berbahaya. 

Media memiliki kekuasaan secara intelektual dan sudah seharusnya kita mengawasi kekuasan media sehingga kita tidak dijajah pula secara intelektual oleh media. Selain literasi media ada juga literasi kritis. Literasi kritis mengajak kita untuk melihat, menganalisa, dan menerima suatu hal secara kritis.

Seringkali literasi media dan literasi kritis diasosiasikan dengan membaca. Banyak jargon-jargon dari gerakan melek literasi semacam : membaca adalah melawan, menulis adalah gencatan. 

Hal tersebut memang tak salah, dengan membaca kita mengamalkan literasi media karena dengan banyak membaca, khazanah kita terhadap dunia akan lebih luas dan membantu kita mengetahui apa yang sebenarnya kita lawan. 

Menulis membuat kita mengamalkan literasi kritik dan melakukan gencatan terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan hal aksiomatis tetapi kita anggap demikian. Namun, kami menambahkan satu jargon atau idiom baru untuk melengkapi jargon-jargon diatas yaitu : menonton adalah melawan. Kami beranggapan menonton sama baiknya dengan membaca dan menulis dengan catatan apa yang kita tonton dapat membangunkan literasi media dan literasi kritis dalam diri kita. 

Tonton apa saja, mulai dari film sampai televisi, dari iklan sampai videoklip, karena didalamnya pasti ada hal yang kita pelajari untuk melawan. Melawan apa? melawan apa saja, melawan ketidak adilan, melawan penindasan, melawan konglomerasi, melawan kapitalisme, melawan kebodohan, dan yang paling utama melawan ego dalam diri kita sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline