Alhamdulillah Rabbil'alamin. Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan yang telah menurunkan Alquran sebagai pedoman bagi kita yang keabsahannya masih terjamin hingga saat ini. Shalawat cinta dan salam rindu selalu teriringkan pada manusia termulia lagi sempurna. Beliau bergelar Rasulullah, bertitle Habibullah, putranya Abdullah, buah hati Ibunda Aminah, mutiaranya kota Makkah, intannya kota Madinah. Nabi Muhammad SAW.
Seiring berjalannya waktu, umat muslim dewasa ini semakin maju. Umat muslim sekarang ini berbeda dengan umat muslim yang dulu. Dahulu, menghafal Alquran merupakan hal asing bagi masyarakat muslim perkotaan.
Sebab umumnya aktivitas ini hanya terdapat di pesantren-pesantren daerah yang jauh dari perkotaan. Namun dewasa ini, kegiatan menghafal Alquran merupakan salah satu aktivitas yang populer, tidak lagi disekat tembok-tembok pesantren di pedesaan. Tidak lagi hanya santri, civitas kampus yang diisi dosen serta mahasiswa juga ikut andil dalam meramaikan aktivitas menghafal Alquran ini.
berdosa kah jika tidak menghafal Alquran?
Mari dudukan sejenak bahasan tentang awal mula menghafal ini. Yakni menghafal Alquran itu sendiri. Agar kesalahan yang sudah sudah tidak kembali terulang. Sebab bisa jadi, ketidaktahuan kita tentang kedudukan menghafal yang memperlambat motivasi kita dalam menghafal. Tentu pengetahuan akan hal ini bukanlah syarat ataupun rukun dalam menghafal. Meski demikian, hal ini layak dimaklumi oleh para penghafal Alquran.
jadi, apa sebenarnya hukum menghafal Alquran? Al-Imam Al- Jurjani mengatakan bahwa hukum menghafal Alquran 30 juz adalah fardhu kifayah. Pendapat ini merupakan ijma' seluruh umat tanpa terkecuali. Sehingga jika pada suatu kelompok manusia ataupun suatu desa tidak ada diantara mereka yang menghafal Alquran maka kewajiban menghafal Alquran tersebut belum terangkat dan mereka bisa berdosa karenanya.
Al- Imam Al- Juwaini memberi alasan, mengapa harus ada orang yang menghafal Alquran 30 juz? Beliau mengatakan, "agar tidak terputus status Mutawatir yang ada pada Alquran, dan karena ia tetap Mutawatir sampai kapanpun, ia tidak akan bisa disusupi oleh usaha pemalsuan dan perubahan."
Air yang tak menghapus
Ahli-ahli ilmu menjelaskan maksud dari Al-Qur'an yang tak tersentuh air. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau berkata, "sekiranya air mencuci dan menghapus tulisan ayat Alquran pada kertas ataupun papan, maka kita tidak perlu memperbaiki dan menulis ulang ayat-ayat yang sudah terhapus. Karena sejatinya ia sudah tersimpan dan terjaga dengan aman pada hati-hati ahli ilmu." Ungkapan ini senada dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Ankabut ayat 49, " Bahkan Alquran itu merupakan ayat-ayat yang terdapat pada dada orang-orang yang dikaruniai ilmu."