Lihat ke Halaman Asli

Ingat Pidato Abu Bakar Siddiq dan Umar ra.

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika orang kaya, penguasa dan orang kuat menghadap saya, maka ia akan jadi lemah di hadapanku, insya Allah.  Jika orang miskin dan duafa menghadap saya, maka ia akan jadi kuat, insya Allah".  Begitulah sebagian pidato Abu Bakar Siddiq ketika baru dilantik menjadi khalifah. "Jika saya mengikuti hukum Allah, bantulah saya.  Dan jika saya melenceng dari hukum Allah, perangi saya, luruskan saya dengan pedang"  itu kata Umar ra ketika baru dilantik menjadi khalifah.

Hancurnya negara, hancurnya agama, adalah ketika hukum hanya berlaku bagi orang2 tak berdaya.  Ketika orang kaya melanggar hukum, maka penguasa berlagak bego (bahlul).  Hal demikian bukan dominasi Arab Saudi dalam menghukum mati para TKW yang lemah.  Kalau mau menghukum mati mestinya diteliti dulu, mengapa TKW membunuh majikan, kalau majikannya yang kejam, maka TKW itu harus bebas tanpa syarat.  Kalau kejadian berlaku sebaliknya maka perangi sampai ia sadar kembali ke hukum Islam yang Asli.  kalau hukum Islam hanya diberlakukan hanya untuk orang miskin, maka beginilah jadinya.  Negara jadi lemah, koruptor jadi merajalela.  Begitu juga agama, Islam jadi bulan2an karena hukum hanya diberlakukan bagi kaum duafa.

Para sahabat Nabi tahu betul bagaimana menegakkan keadilan.  Mereka ingat ketika Nabi Muhammad SAW berkata, kalau saja Fatimah putri Nabi mencuri maka, Nabi sendiri yang akan memotong tangannya.  ini demi tegaknya hukum Allah.  Tapi manakala hukum hanya berlaku bagi kaum duafa, maka tunggulah kehancurannya.

Maka dari itu kita diwajibkan memerangi penguasa yang tidak adil.  Tiada kata yang lebih tepat untuk menghadapi penguasa/ pengadilan bahlul, selain dari kata :  L A W A N....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline