(26/02/2024) Gedung Bentara Budaya, Jakarta Pusat.
Pendahuluan Oleh Budiman Tanuredjo
Merupakan momen sepesial bagi Budiman Tanuredjo, jurnalis senior Harian KOMPAS. Kenapa dikatakan sepesial? Karena pada hari tersebut merupakan hari peluncuran dua buku miliknya yang berjudul Menjaga "Danyang" Jurnalisme dan Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan.
Di balik tanggal yang dipilih dalam acara peluncuran buku ini adalah hari ulang tahun dan masa purnatugas Budiman Tanuredjo sebagai wartawan dan jurnalis di Harian KOMPAS.
Sudah tiga puluh lima (35) tahun ia berkarir dan berkiprah menjadi seorang wartawan, banyak kisah dan pengalaman yang dirinya dapat semasa melakoni semua tugas tersebut.
Budiman Tanuredjo merefleksikan awal dirinya terjun dalam jurnalisme adalah sebagai (survive) kemampuan bertahan hidup untuk membiayai kebutuhannya selama berkuliah.
Tahap kedua setelah Budiman Tanuredjo merefleksikan arti jurnalisme sebagai teknik bertahan hidup adalah membawa kedamaian, karena menurutnya setiap individu harus bisa memberikan keuntungan bagi orang lain semasa hidupnya.
Lalu tahap ketiga adalah bagaimana jurnalisme bisa ikut mempengaruhi proses yang ada di pemerintah, dan bagaimana cara agar bisa terbentuknya pikiran masyarakat tentang bagaimana Indonesia dimasa yang akan datang.
Budiman turut menjelaskan penggunaan kata Danyang dalam judul bukunya merupakan hasil dari perjalanan ke sejumlah tempat dengan melakukan tanya jawab dengan siapa pun yang ia temui.
Lalu kemudian inspirasi kata Danyang tersebut didapatkan di Yogyakarta. ketika sedang berbincang dan ada yang mengatakan "Tolong jaga Danyang morat loncat" dalam arti "Morat locat" adalah tidak keluar dari tubuh pers itu.