Skenario rapi terkait kongres Partai Amanat Nasional (PAN) ke IV yang akan diselenggarakan di Pulau Bali pada akhir bulan Februari 2015 ini, sepertinya sangat terlihat sekali. Dukungan Soetrisno Bachir kepada Zulkifli Hasan untuk mengambil alih tangkup kepemimpinan PAN Hatta Rajasa sepertinya sudah terasa hembusannya.
Dan perlu diketahui dalam sejarahnya nama SB sebenarnya bukan lagi menaungi PAN, bahkan secara lugas dan tegas dirinya mundur dari PAN waktu itu. Namun semenjak ZH masuk dalam bursa kepemimpinan PAN periode 2015-2020 SB secara terang-terangan mendukungnya. Bahkan SB mengatakan, siap menggantikan kursi Ketua Majelis Pertimbangan (MPP) Amien Rais.
Hal inilah yang menjadi buah bibir terkait turun gunungnya SB untuk mendukung ZH. Apakah kedua tokoh ini mampu menjalankan roda kepemimpinan PAN selanjutnya. Padahal kita ketahui bersama saat SB memimpin PAN suara dalam pemilu 2009 melorot habis, bahkan PAN menjadi partai paling minim suara dibandingkan partai lainnya.
Kita ingat ketika kongres yang dilaksanakan di Semarang pada 2005 lalu, SB dan ZH berduet sebagai Ketua Umum-Sekertaris Jenderal. SB terpilih secara aklamasi setelah Amien menekan Hatta agar tidak muncul. Hasilnya duet kinerja SB-ZH suara PAN menjadi 6,1 juta suara di pemilu 2009, dengan kata lain duet tersebut ternyata gagal dan terburuk sepanjang sejarah PAN.
Jika dibandingkan dengan suara PAN di Pileg 2014 era Hatta Rajasa justru PAN berubah sangat drastis, suara PAN tembus keangka 9,5 juta suara. Dengan kata lain SB memang seorang pemimpin yang gagal dalam mengurus gerbong PAN.
Kini kedua figur tersebut kembali memeriahkan pemilihan ketua umum PAN, dengan kata lain kedua tokoh tersebut tidak realistis untuk kembali maju dalam bursa kepemimpinan PAN. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah nantinya para kader PAN akan mendukung duet gagal 2005 yang bisa dikatakan tidak memiliki prestasi yang dibanggakan tersebut?.
Jika nantinya SB terus mengatakan akan mendukung ZH dalam pemilihan ketum PAN, ibaratnya SB menjilat ludahnya sendiri. Ingat SB telah keluar dari PAN, jadi kapabilitas seorang SB tidak berpengaruh pada kader PAN. Bahkan SB juga pernah membuat semua kader PAN terperangah akibat prilakunya dengan mengambil alih “Rumah PAN” yang sebelumnya kita ketahui dirinya pernah menghibahkan ke partai.
Oleh sebab itu perbuatan inkonsistensi yang dilakukan SB tersebut sangat kurang berkenan sekali untuk kembali ke PAN dan mendukung ZH. Mudah-mudahan para senior PAN dan para kader PAN tergugah akan sejarah kelam PAN lalu.
SALAM KOMPASIANA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H