Lihat ke Halaman Asli

Nur Suci A

Mahasiswi UPI Kampus Sumedang Program Strudi S1 Industri Pariwisata

Senioritas di Lingkungan Pendidikan, Sudah Menjadi Tradisi?

Diperbarui: 15 Maret 2023   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan, sangatlah berpengaruh terhadap masa depan setiap individu. Setiap orang tentunya ingin memiliki pendidikan yang tinggi, demi masa depan mereka sendiri. Kualitas dari sistem pendidikan itu sendiri berpengaruh terhadap hasil dari pendidikan itu. Saat kita akan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ada masa pengenalan, masa kaderisasi. Tetapi tidak jarang juga ditemukan kasus seperti penyalahgunaan kekuasaan oleh yang menjadi panitia penyelenggara acara tersebut. Tidak sedikit ditemukan kasus senior yang membully adik tingkat nya. Atau memberi suruhan semena-mena kepada adik tingkatnya dengan dalih 'sedang dibentuk mentalnya', padahal tidak menutup kemungkinan bahwa ada unsur 'balas dendam' karena mereka pun pada saat masa-masa tersebut mengalami hal serupa.

Sebenarnya apa yang dimaksud senioritas? Kapan senioritas ini dimulai? Dan kenapa masih saja ada senioritas di lingkungan pendidikan? Menurut KBBI, Senioritas adalah keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia. Juga diartikan sebagai prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Jika menilik ke dalam sejarah, senioritas ini sudah ada sejak zaman dulu, bahkan sejak Zaman Yunani kuno di Akademi Plato. Dikatakan bahwa siswa atau mahasiswa baru yang akan menuntut ilmu di Akademi ini harus ditempa agar menjadi manusia yang dewasa oleh senior nya. Tetapi tidak jarang kita menemukan kasus yang mengarah ke arah perpeloncoan yang dilakukan pada saat masa ditempa ini.

Di Indonesia sendiri, praktik ini sudah ada sejak zaman dulu bahkan bisa disebutkan menjadi salah satu budaya kolonial Belanda. Contohnya di Sekolah Kedokteran Hindia Belanda (STOVIA) yang sekarang dikenal sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Dilansir dari laman resmi Kemendikbud RI, Jacob Samallo menceritakan mengenai senioritas atau perpeloncoan ini dalam memoar Kenangan dari Kehidupan Siswa STOVIA 25 Tahun Lalu mengisahkan bahwa para murid baru harus memanggil seniornya dengan sebutan Tuan. "Bahkan junior pada saat itu, disuruh untuk mengelap sepatu, mengatur dipan, mengisi lampu dan terkadang menjadi kurir dari para senior," kata Jacob. Menilik dari apa yang disampaikan Jacob Samallo, proses atau teknik senioritas pada zaman dulu ini mengarah ke arah perpeloncoan.

Sampai sekarang pun pada saat sedang masa ospek atau kaderisasi, selalu ditemukannya kasus seorang senior yang menyalahgunakan kekuasaannya kepada para siswa atau mahasiswa baru. Banyak para junior yang merasa mengalami kekerasan pada saat masa ospek, masa kaderisasi yang mereka jalani itu. Sampai sekarang praktik senioritas masihlah ada, mungkin karena praktik ini sudah dilakukan dari angkatan sebelumnya, jadi dirasa bahwa praktik ini sudah menjadi tradisi yang harus dijalani jika akan menempuh pendidikan ke jenjang yang selanjutnya.

Tetapi seiring dengan perkembangan zaman sekarang, tindakan senioritas yang mengarah kepada perpeloncoan ini semakin dilarang. Karena orang-orang juga berpikir jika tujuan nya ingin membentuk mental, tidak harus dengan tindakan perpeloncoan. Juga mungkin dikarenakan pernah ada korban jiwa pada pada saat sedang ospek. Oleh karena itu marilah kita hilangkan tradisi senioritas yang mengarah ke arah perpeloncoan ini demi pendidikan yang nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline