Lihat ke Halaman Asli

Nursiti Suriasih

Penyuluh Pertanian Lapangan

Pertanian Hayati Penuh Inovasi

Diperbarui: 9 Agustus 2023   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://bibitbunga.com/cara-memulai-usaha-pertanian-organik/

Pertanian hayati dikenal sebagai pertanian organik atau pertanian yang berkelanjutan. Pertanian hayati menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir karena fokus terhadap kesehatan manusia, lingkungan, dan keberlanjutan pangan secara global. 

Artikel ini akan membahas tentang inovasi dalam pertanian hayati serta tantangan yang dihadapi dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan dunia sambil meminimalkan dampak negatif pada lingkungan.

Inovasi dalam Pertanian Hayati:

  • Penggunaan Teknologi IoT (Internet of Things) dalam Pertanian: IoT memungkinkan petani untuk memantau tanaman, tanah, dan kondisi cuaca secara nyata. Hal ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan efisien terkait penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama.
  • Metode Pertanian Vertikal: Pertanian vertikal memanfaatkan ruang secara efisien dengan menanam tanaman dalam lapisan vertikal. Hal ini cocok untuk daerah perkotaan dengan lahan terbatas dan dapat meningkatkan produksi pangan dalam skala kecil.
  • Biopestisida dan Bioratun: Pengembangan biopestisida alami dan bioratun (perangkap feromon) membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia

    https://faperta.umsu.ac.id/2022/11/06/pertanian-organik-pengertian-contoh-dan-faktor/

Tantangan dalam Pertanian Hayati:

  • Produktivitas dan Skalabilitas: Meskipun pertanian hayati memiliki banyak keuntungan, masih ada tantangan dalam meningkatkan produktivitas yang dapat bersaing dengan pertanian konvensional dalam hal produksi skala besar.
  • Pendidikan dan Kesadaran Petani: Penerapan praktik pertanian hayati memerlukan pemahaman mendalam dan kesadaran petani. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk mengubah pola pikir dan metode konvensional.
  • Pasokan Sumber Daya: Pertanian hayati memerlukan lebih banyak sumber daya manusia dan waktu, terutama dalam hal perawatan tanaman yang lebih intensif.
  • Pasar dan Harga: Produk pertanian hayati seringkali dihargai lebih tinggi karena proses produksi yang lebih rumit. Ini dapat membatasi akses bagi sebagian konsumen.
  • Perubahan Iklim dan Ketidakpastian Cuaca: Variabilitas cuaca yang lebih besar dan perubahan iklim dapat berdampak negatif pada produksi pertanian hayati.
  • Sertifikasi dan Regulasi: Proses sertifikasi untuk produk pertanian hayati dapat rumit dan mahal. Regulasi yang jelas diperlukan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk.

Dengan inovasi yang terus berkembang dan upaya untuk mengatasi tantangan, pertanian hayati memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pangan global yang berkelanjutan dan lingkungan yang lebih sehat. Namun, kolaborasi lintas sektor dan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat akan menjadi kunci kesuksesan dalam mengimplementasikan praktik pertanian hayati secara lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline