Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Mengenal Rimbang Si Pahit Manis, Makanan Murah Bernilai Mahal

Diperbarui: 23 September 2020   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buah Rimbang. Foto NURSINI RAIS

Di tanah air, tumbuhan ini populer dengan sebutan rimbang, takokak, dan terong pipit. Ia jenis sayuran satu kerabat dengan terung-terungan (Solanaceae).

Tak heran orang kampung saya di Sumater Barat sana menyebutnya terung rimbang. Ada juga yang menamainya terung langgik.

Masyarakat Kerinci, Jambi, mengenalnya sebagai thung langge (terung langge). Tentu ada puluhan bahkan ratusan sebutan lainnya, sesuai dengan daerah masing-masing.

Lalapan makan siang di kebun, buah rimbang tinggal metik di pohon. Foto NURSINI RAIS

Bagi yang suka lalapan, buah rimbang bukan santapan aneh. Rasanya yang manis-manis pahit, dapat menambah selera makan. Hingga membuat penikmatnya ketagihan. Terutama dikalangan kakek nenek.

Kata mereka, mengonsumsi buah rimbang mentah sangat baik untuk kesehatan mata.

Pendapat beliau-beliau memang terbukti. Suami saya suka mengosumsi rimbang mentah. Di usianya ke 70 saat ini, dia belum pakai kaca mata. Kecuali ketika membaca tulisan agak kecil.

Beda dengan saya, yang kurang suka lalapan rimbang. Mulai umur 50 tahun saya tak bisa lepas dari kacamata.

Diketahui sayuran rimbang banyak mengandung vitamin A, B1, dan C, dan zat-zat penting lainnya yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Mulai melancarkan peredaran darah, mencegah diabetes sampai merawat kesehatan kulit. Ulasan lengkapnya ada di sini.

Pohon rimbang tumbuh di semak-semak. Foto NURSINI RAIS.

Di daerah kami Kerinci sini, biasanya tumbuhan berbahasa ilmiah Solanum torvum ini tumbuh liar di semak-semak. Banyak juga ditemui di kebun penduduk tanpa di tanam. Karena bijinya dibawa oleh burung.

Rimbang tumbuh di pinggir jalan raya. Foto NURSINI RAIS

Sampai sekarang, di lingkungan saya belum ada petani yang tergerak membudidayakan rimbang secara besar-besaran. Padahal nilai jualnya lumayan menjanjikan. Di pasar-pasar tradisional, 250 gram rimbang dihargai Rp 2 ribu. Mungkin terkendala pasar.

Rimbang memiliki bunga majemuk, berbentuk bintang. Memiliki 5 mahkota warna putih, dan 5 benang sari warna kuning. Ciri lainnya, berdaun tunggal bulat memanjang pinggirnya bergelombang, dengan tulang menyirip dan warna hijau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline