Semasa remaja kita tidak berkarib
Kau seniorku aku yuniormu
Tetapi aku tahu siapa kamu
Ayah bundamu terpandang golongan berduit.
Dalam kampung dan di sekolahan
kamu adalah cowok rebutan
Wajahmu tampan tiada duanya
Dikerubungi cewek-cewek cantik
Seperempat abad kita berpisah
Lulus kuliah, kamu hijrah ke kota
Aku di desa bercocok tanam di sawah dan ladang.
Kamu dan aku tak pernah saling kabar
Pertemanan kita biasa-biasa saja
Kabar kematianmu membuatku linglung
Tak percaya, tapi benar adanya
Sungguh tragis dan menyayat pilu
Kecelakaan merenggut nyawamu
saat tubuhmu basah bermandi keringat
mengayuh becak demi perut anak istri.
Langit bertanya, bumi pun bertanya
Dimana pendidikanmu, ke mana sarjanamu
Dimana pula wajah ganteng kebanggaanmu dulu
Ah ..., aku tak perlu tahu
Semuanya urusan Ilahi Yang Satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H