Sulitnya perekonomian saat ini mengingatkan kita pada masa krisis moniter 1998. Saking laparnya, zaman itu ada oknum warga mencuri nasi di tungku sekalian periuknya.
Saya lupa kejadiannya di daerah mana. Maklum sudah lama. Informasi belum segencar sekarang. Kami sekeluarga mengetahuinya hanya lewat televisi hitam putih.
Seingat saya kala itu rakyat miskin tiada dapat bantuan apa-apa dari pemerintah (maaf kalau saya keliru). Kalaupun ada mungkin diperuntukkan bagi daerah tertentu saja. Diutamakan untuk masyarakat perkotaan seperti Jakarta.
Tidak seperti era sekarang. Rakyat terdampak Covid-19 dimanjakan dengan banyak bantuan sosial. Baik tunai maupun non tunai, dari pemerintah daerah, pemerintah pusat. Pemerintah desa pun ikut membantu. Belum lagi dari donatur pibadi yang bahu membahu, komunitas, dan perusaha-perusahaan swasta. Terutama bagi mereka yang berdomisili di kota-kota.
Pagi kemrin saya tersentuh membaca sebuah berita yang dilansir wartaekonomi.co.id, 17/5/2020. “Mengira bagi-bagi sembako, ratusan warga serbu kantor DPW PKB Sumut. Ada warga yang menangis mohon diberikan bantuan sembako.”
Syukur, baik krisis moniter 1998, maupun krisis Covid-19, tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian kami di pedesaan (daerah Kerinci). Khususnya terhadap petani. Tanpa krisis pun mereka tetap bersusah-susah. Kerja dulu, baru dapat makan.
Mungkin tersebab momennya pada bulan-bulan bersamaan, kondisi krismon 1998 beda tipis dengan zaman darurat Covid-19 sekarang. Sebagian petani daerah Kerinci sedang musim panen padi. Bersamaan pula dengan panen kopi.
Kemarin saya sengaja jalan-jalan ke Seleman desa tetangga. Di sepanjang bahu jalan padi berhamparan di penjemuran. Pemandangan serupa tampak pula di halaman dan gang-gang dalam dusun.
Musim panen begini dapat ditemui pada puluhan bahkan ratusan desa lain dalam Kabupaten Kerinci.
Di banyak tempat sawah masih tampak hijau. Tinggal menunggu padi matang. Ada juga yang sedang mencangkul dan menanam.
Dari dahulu sampai sekarang normalanya begitu. Di satu tempat musim panen, di wilayah lain ada yang nyangkul, menanam, dan menyiang.