Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Wanita Hebat dan Pria Berkumis Sering Menghentikan Aku Menangis

Diperbarui: 25 Desember 2019   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Mumpung masih beraroma hari ibu, saya tulis kisah ini dalam rangka memperingati 11 tahun kepergiannya.  Dia adalah ibuku, ibuku, dan ibuku. Perempuan yang saya cintai dunia akhirat. Perempuan hebat dalam hidup saya yang belum ada tandingannya.

Dari kecil sampai kelas 2 Sekolah Rakyat, saya suka mengekor kemana Emak pergi. Para tetangga persis tahu, kalau saya menangis  tandanya Emak akan pergi. Saya tak diizinkan ikut.

Mungkin sikap ini timbul karena saya kesepian tinggal sendiri. Di rumah  hanya kami berdua. Emak seorang single parrent, berprofesi sebagai pedagang kecil dari pekan ke pekan. Makanya beliau sering "dinas luar".

Tidak hanya alasan kesepian. Terlebih dari itu, dalam hati saya selalu khawatir kalau Emak menikah lagi. Saya sangat menyayangi Emak. Saya takut kehilangan Emak. Saya takut Emak jadi milik orang (laki-laki) lain. Beliau adalah segala-galanya bagi saya. Cantik, penyayang, banyak duit tidak pelit.

Kadang-kadang Emak buru-buru mengejar waktu. Mau berjualan atau membeli dagangan. Eh ..., saya menangis minta ikut.

Sering Emak hilang kesabaran. Beliau marah besar, menggigit giginya sampai rontok dipatuk ayam. Setelah saya dewasa, peristiwa tersebut menjadi cerita indah bagi saya dan  Emak.

Di mata saya perempuan yang menikah di usia 14 tahun itu tiada cela. Kecuali jika dia pergi tidak ngajak. Saya menangis berguling-guling. Ujung-ujungnya berhenti dan bangun sendiri setelah  sosoknya hilang dari pandangan.

Kalau saya menangis di hadapan Emak, yang mudah menghentikan adalah Gaek Ijuk. Inilah satu-satunya orang yang saya takuti.  Baru mulai merengek Emak berkata, "Ada Gaek ijuk, tuh."

Kadang-kadang  Emak sekadar menakut-nakuti. Adakalanya juga pas saya nangis Gaek Ijuk lewat. Tangis saya terhenti, terus lari sampai terkencing-kencing.

Tak jarang juga saya berteriak sombong, "Tidak takuuut ....!"

Gaek Ijuk adalah seorang kakek yang sangat ditakuti anak-anak kampung. Termasuk saya. Kulitnya hitam. Rambut, kumis, jenggot, dan brewoknya kasar dan tebal seperti ijuk. Mungkin tersebab itulah kakek ubanan itu lengket dengan nama Saban Ijuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline