Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Ya Ampun! Begini Guru dan Murid SR Era Enam Puluhan

Diperbarui: 26 November 2019   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: edukasi.kompas.com

Salah satu moment berkesan dalam hidup saya adalah  saat diterima  masuk di Sekolah Rakyat (SR). Bagi Emak, ini adalah hasil perjuangan beliau yang mendebarkan.

Sebab, tahun sebelumnya (1960), tangan kanan saya belum mencapai telinga kiri dan sebaliknya, jika dijangkau melewati ubun-ubun.

Artinya, saya dianggap belum matang untuk bersekolah. Padahal, kata Emak umur saya sudah 8 kali puasa. Tetapi tubuh ini kerdil seperti anak 5 tahun.

Pak Sian (baca: Si-An), begitu Pak guru itu disapa. Beliau mencecar saya dengan berbagai pertanyaan.  Di antaranya, tentang nama saya, alamat, nama orangtua, dan hal lain di lingkungan saya. Semuanya terjawab. 

Tes berikutnya, Pak Guru mengetok meja. 

 "Hitung, ya! Berapa kali Bapak memukul meja," katanya. "Tok, tok, tok, tok." ketokannya agak berjeda.

"Empat kali."

"Tok, tok, tok, tok, tok."

"Lima kali."

"Tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok."  Ketokan agak cepat.

"Tujuh kali."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline