Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

"Uhang Pandak" di TNKS, antara Mitos dan Pembuktian

Diperbarui: 24 Oktober 2019   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Orang Pendek Laki-Laki Hasil Ilutrasi Gambar Sketsa Pensil. Sumber: httpmythdunia.blogspot.com

Keberadaan orang pendek  di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) masih penuh misteri. Masyarakat Kerinci menyebutnya "uhang pandak". Dikabarkan, makhluk aneh itu mendiami daerah Pesisir Selatan dan Pasaman Sumatera Barat, Muko-Muko Bengkulu, Merangin, Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Warga setempat khususnya penduduk Kerinci, telah meyakini keberadaan uhang pandak ini secara turun temurun. Digambarkan mereka hidup di tanah, berjalan tegak dengan 2 kaki terbalik, tumitnya ke depan. Apabila bertemu manusia, hanya sekejap mata. Kemudian menghilang.

Konon sejak lama Suku Anak Dalam yang mendiami hutan belantara Jambi telah hidup berdampingan dengan makhluk yang penuh teka teki ini. Tetapi hubungan sosial di antara mereka tak pernah terjalin.

Keberadaan uhang pandak  sering dilaporkan oleh penduduk yang melihatnya secara tidak sengaja saat mencari rotan di hutan.

Tidak hanya itu, saat melakukan riset tentang alam di TNKS, peneliti dan wisatawan dari mancanegara pun pernah menemui kumpulan uhang pandak ini secara tidak sengaja.

Cerita uhang pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia berpetualang ke Asia. Oleh para ilmuwan makhluk ini dipandang hanya mitos belaka. Karena sampai saat ini keberadaannya belum dapat dibuktikan secara otentik.

Kesaksian yang paling terkenal adalah dari Mr. Van Heerwarden pada tahun 1923. Saat itu dia sedang melakukan penelitian di kawasan  TNKS. Mr. Van Heerwarden menuliskan tentang pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap. Badannya setinggi anak kecil 3-4 tahun, ditumbuhi bulu.

Tetapi wajahnya  lebih tua, dengan rambut hitam sebahu. Zoologiest tersebut sadar, mereka bukan sejenis siamang atau primata lainnya. Mahluk-mahluk itu menyadari keberadaannya saat itu, sehingga uhang pandak itupun berlari menghindari manusia.

Yang membuat Mr. Van Heerwarden terheran-heran, semua mahluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak layaknya manusia berjalan.

Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi uhang pandak.

Mereka di biayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional, dalam ekspedisi yang dinamakan "Project Orang Pendek".  Mereka terlibat penelitian panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline