Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

[Cerpen] Bapakku Pengidap Tempramental (1)

Diperbarui: 22 September 2019   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi : pijarpsikologi.org

Kata Emak, dahulu Bapakku saudagar emas sukses. Usahanya bangkrut setelah ditipu rekan dagangnya.

Waktu itu aku belum lahir. Yang aku tahu, Bapak seorang petani. Beliau bertempramen tinggi.  Sedikit saja anak-anaknya berbuat kesalahan, hadiahnya dicambuk pakai ikat pinggang kulit. Tak peduli apakah anak perempuan atau laki-laki semua diperlakukannya sama. Satu minggu tidak ribut sekali, itu adalah momen terindah buat keluarga kami.

Kapan Bapak memarahi kami, tiada makhluk yang berani menegornya. Emak pun tak bisa berbuat apa-apa. Selain menangis tanpa bersuara dan mengungsi masuk kamar.

Palingan pasca dipukul,  malam ketika kami terlelap,  Emak membelai bagian tubuh kami yang lebam  sambil meratap dalam gumam, "Makanya jangan nakal. Emak tak tega melihat kalian  disiksa." Air mata Emak jatuh berderai. Itupun beliau lakukan ketika Bapak sedang tiada di rumah.

Bapak juga berlaku kasar kepada Emak. Di hadapan kami anak-anaknya  dia  sering memukul Emak sampai berguling-guling  kesakitan. Emak tahu persis, kalau sudah begitu  jangan coba-coba menghindar utuk menyelamatkan diri, kalau tak mau dibantingnya sampai pingsan. 

Tak heran, setelah lulus SD atau SMP, satu persatu kakak laki-lakiku pergi entah ke mana dan tak pernah kembali lagi. Kakak-kakak  perempuanku hengkang setelah menikah. Kini yang tersisa hanya aku, Emak dan Bapak.

Mungkin orang kampungku enggan menjadi menantu Bapak. Sehingga  5 kakak perempuanku, dapat jodoh  inpor dari luar daerah. Setelah akad nikah mereka diboyong  ke rumah mertuanya. Ada juga yang ngontrak di daerah lain. Rupanya Allah menyelamatkan mereka dengan caraNya sendiri. 

Emakku perempuan kuat. Mampu bertahan sampai puluhan tahun. Ini bukan perjuangan yang mudah.

"Kenapa Emak menikah sama Bapak?" tanyaku.

"Dijodohi almarhum kakekmu,"  jawab Emak.

"Emak Mau?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline