Menggunakan Sort Messege Servis (SMS) untuk berkomunikasi sudah menjadi trend dalam keluarga kami sejak 30an tahun lalu. "Dek ...! Nen dan Ayah ke arisan. Mungkin pulangnya agak sore. Jangan main jauh-jauh ya!" Demikian salah satunya yang masih melekat di benak saya.
Pesan akan terkirim dan sampai dalam waktu yang tepat. Tapi jangan harap mendapat balasan. Karena kontak berlangsung satu arah. Kecuali si penerima akan pergi tanpa diketahui siapa-siapa. Keren kan?
Ets ..., jangan membully dulu! Media yang digunakan bukan piranti canggih kayak zaman sekarang. Seperti android, telepon pintar dan entah apalagi istilah kerennya. Tetapi secarik kertas dan pensil. Barangkali tidak berlebihan jika disebut telepon atau perangkat dungu. he he ....
Pesan singkat begini lazim kami gunakan apabila salah satu anggota keluarga hendak bepergian, meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Sebelum berangkat, maklumat tersebut diletakkan pada tempat-tempat terbuka. Tujuannya agar mudah dilihat oleh yang berkepentingan.
Siaswa SD pun pernah memanfaatkan perangkat serupa. Tetapi corak dan peruntukannya sedikit berbeda. Tahun 2002 saya ditunjuk sebagai guru les oleh pangurus Kelompok Kerja Guru di Gugus saya. Mengampu siswa kelas 6 SD, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pesertanya gabungan dari 4 sekolah dari desa berbeda.
Mungkin karena masih malu-malu kucing, 15 menit pertama pembelajaran berjalan, tidak ada siswa yang menonjol. Diajukan pertanyaan hanya satu dua yang berani menjawab. Justru yang tampak lirik-lirikan antar lawan jenis, pertanda ngajak kenalan.
Selang beberapa menit saya berhasil memecahkan kekakuan. Secara keseluruhan siswa yang tadinya pasif, berubah aktif dan sangat antusias mengikuti pembelajaran. Tema yang diangkat, membahas materi soal Ujian Nasional tahun sebelumnya. Saya senang dan puas. Tiada mereka yang berpaling dari apa yang sedang didiskusikan.
Kecuali seorang siswi yang berparas di atas rata-rata. Sudah cantik lincah pula. Duduknya di pojok belakang. Saya agak curiga, dari awal sepertinya dia kurang konsen mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketika teman-temannya sibuk menyelesaikan latihan, matanya mengerling ke saya. Saya menduga ada sesuatu yang tidak beres.
Saya datangi dia. Sigap tangannya nyunsep ke laci meja seperti menaruh sesuatu. Saya tanyakan ada apa. "Tidak apa-apa, Bu," katanya sambil membentangkan kedua telapak tangannya.
Rupanya malalui carikan kertas dia SMS-SMS-an dengan teman cowok yang duduk jarak satu meja di samping kanan dia.
Begitu tertangkap, spontan dia menyeret temannya yang lain. "Si Anu juga, Bu, bla ... bla ...." Sontak. Kelas menjadi riuh. Saya kecolongan.