"Orang berpuasa itu ibarat bini bunting. Enaknya tidur sepanjang siang, dibawa bekerja juga okey." Begitu jawab kakek ganteng suamiku, setiap dia dilarang ke kebun pada bulan puasa.
Alasannya, kalau kurang bergerak badannya pegal-pegal, makan kurang enak, dan waktu terasa amat panjang. Semakin diprotes, jadi sumber pertengkaran. Daripada ribut, ya, terserah.
Gantengku ini memang aneh. Di usianya mendekati kepala tujuh, dia masih senang berkebun. Semenjak pensiun mengajar tahun 2013, rutinitasnya dua kali seminggu mengunjungi tanaman kesayangannya. Satu jam perjalan naik motor. Tetapi posisinya di pinggir jalan raya Sungai Penuh-Jambi.
Awalnya saya tidak terima dia pergi pagi pulang sore. Malu dilihat orang. Sudah bau tanah masih berusaha kaya anak muda. Urusan kehidupan telah selesai. Anak-anak sudah bekerja dan bekeluarga semua. Ekonomi mereka lumayan cukup versi saya. Sesekali ngasih bapaknya.
Beberapa kali saya dan si ganteng terlibat cekcok, gara-gara hobi berkebunnya dicegah. Akhirnya puteri saya angkat bicara, "Ya, udah. Biarkan aja. Daripada beliau main domino di Pasar Beringin. (tempat ngumpulnya kakek-kakek pensiunan). Sepanjang hari mukul meja, leher berkalung botol mineral kosong. Kayak orang senewen."
Ya. Harus bagaimana lagi. Kadang-kadang tak enak juga dengan celotehan tetangga, "Udahlah, Pak, bekerja terus. Cari apa lagi. Ke masjid aja. Bla bla bla."
Dia menjawab, "Resep sehat dan panjang umur itu kerja, kerja, dan kerja. Orang tak pernah mati disebabkan kerja. Kecuali mengalami kecelakaan sedang beraktivitas. Justru karena bermalas-malasan manusia cepat mati.
"Makanya saya kasih tau anak-anak dan isteri, 'Kalau kalian menghalangi saya ke kebun, berarti merelakan saya cepat mati.' Yang penting shalat dan puasa saya tak pernah tinggal."
Jika tiga hari berturut-turut dia tidak ke kebun, bawaannya ngantuk melulu. Terlebih beberapa menit setelah makan. Efeknya, nanti malam berinsomnia raya. Berat badannya bertambah, perutnya gendut. Sampai sekarang, belum ada obat yang manjur untuk mengatasinya. Selain bekerja. Minimal bersih-bersih di pekarangan.
Bulan puasa, malah banyak tidur dibanding bangunnya. Habis taraweh tidur. Setelah sahur tidur, sesudah subuh tidur, bangunnya jam sembilan. Usai Dzuhur tidur lagi.
Gantengku mengaku, baginya berkebun tidak hanya sekadar mengisi waktu dan mencari keringat. Lebih dari itu, sebagai hiburan. "Secapek apapun tubuh saya, melihat tanaman hati saya adem dan damai. Dua hari tidak menjenguknya, saya rindu," katanya.