Bagi masyarakat pedesaan, saling berbagi dan mencicipi makanan antar tetangga adalah tradisi klasik yang masih dipertahankan. Walaupun keluarga satu dengan lainnya tidak terikat hubungan famili. Terlebih salah satu pihak memang dianggap pantas untuk menerima karena alasan ekonomi. Tapi jangan disangka niat tulus untuk berbagi disambut baik oleh semua orang.
Dalam hal ini saya dan tetangga punya pengalaman buruk. Tahun 2014, warga RT saya bertambah oleh hadirnya pasangan muda dengan tiga anak. Mereka berasal dari daerah lain, ngontrak di sepetak rumah, kurang lebih sepuluh meter dari kediaman saya.
Dari awal, sudah terlihat bahwa kondisi ekonominya kurang mampu. Pakaian yang mereka kenaki seadanya. Putri pertamanya usia sembilan tahun putus sekolah alasan tak punya seragam.
Pekerjaan suaminya jual beli barang rongsokan, isterinya ibu rumah tangga biasa. Mungkin, mereka menikah pada usia muda. Tergambar dari wajah isterinya yang masih kayak anak-anak.
Celakanya, si suami kurang serius memperhatikan kebutuhan keluarga. Karena dia perokok berat, dirinya lebih mengutamakan membeli Gudang Garam Merah, mengabaikan kebutuhan anak isterinya.
Beberapa kali saya menyaksikan, anak-anaknya makan nasi putih bercampur garam plus sedikit ajinomoto. Aduh, menyedihkan. Bagaimana andaikan anak saya yang melakoninya.
Melihat kondisi ini kami para tetangga tak tinggal diam. Bukankah Rasul SAW bersabda, Tidak beriman kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang, padahal tetangga di sampingnya dalam keadaan lapar sedangkan dia mengetahuinya. (HR. al-Bukhoriy).
Tanpa diminta, secara sukarela beberapa tetangga menyumbangkan apa saja yang bisa bermanfaat untuk meringankan kesulitan mereka. Ada ibu-ibu yang menyedekahkan pakaian harian anak-anak dan seragam, sekalian memotivasi putrinya agar mau bersekolah. Untuk isterinya diberikan baju muslimah yang masih layak pakai dan merangkulnya bergabung dalam kelompok pengajian.
Sesekali ada pula yang mengantarkan sambal, dan makanan lainnya yang layak dikonsumsi, (dalam artian bukan sisa).
Rupanya kepedulian warga tidak disambut baik oleh ayah mereka. Jika ada orang yang berkunjung mengantarkan sesuatu, mukanya masam. Disapa dan dikasih senyum dia cuek. Lalu buru-buru masuk kamar. Saya sendiri mengalami.
Beda dengan isterinya yang selalu bersikap ramah penuh persahabatan.