Durian adalah buah yang disukai banyak orang. Hal itu tak lepas dari rasanya yang gurih disertai bau khas nan harum manis. Tak heran, buah yang satu ini dijuluki raja segala buah.
Begitu sensasinya buah berpenampilan bengis ini. Selain daging buahnya yang enak disantap langsung, dapat pula menambah cita rasa pada kudapan lain. Siapa yang tidak kenal ketan durian, lempuk durian, kolak durian, tempoyak durian dan puluhan kuliner lainnya yang divariasikan dengan campuran durian.
Namun, kita sering lupa bahwa buah durian sering menimbulkan konflik sosial di tengah masyarakat dan lingkungan. Mari kita renung sejenak! Problema apa saja yang pernah kita temui terkait buah yang terkenal seksi ini?
- Sumber Pertengkaran antar Keluarga dan Tetangga
Umumnya di daerah Jambi dan Sumatera Barat, tanaman durian yang dibudayakan adalah durian lokal. Minimal tujuh-sepuluh tahun setelah ditanam, baru mulai berbuah. Makanya, tanaman ini kurang dilirik oleh sebagian petani untuk dikembangbiakkan.
Mereka hanya mengandalkan pohon yang diwarisi para pendahulunya puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Oleh anak cucu dan cicit jika pembagian buahnya tidak adil, akan menimbulkan perpecahan dalam keluarga.
Belum lama ini, saya menyaksikan dua orang terikat hubungan famili bersengketa gara-gara durian.Yang menarik, salah satu pihak seakan pasrah dan tidak melawan. Rupanya, dalam diam pria tengah baya itu memendam marah.
Sehari kemudian, emosinya meledak. Dengan bringas dia menebang pohon lain yang sedang berbuah lebat milik rivalnya. Tubuh saya gemetar menahan takut, ngumpet di balik pintu. Sampai sekarang hubungan mereka belum membaik. Bahkan cendrung berlarut.
Begitu fenomenalnya buah durian. Jangankan setelah matang dan menyebarkan aroma yang menggoda selera. Masih mentah dan lengket di pohon saja ia sudah punya daya pikat khusus. Terutama bagi anak-anak cowok desa usia Sekolah Dasar dan SMP. Tak heran, mereka berusaha keras untuk mendapatkannya. Kadang-kadang mereka lupa durian tersebut milik siapa.
Nasib sial menimpa seorang bocah laki-laki di desa saya. Dituduh memanjat/mencuri buah durian milik tetangganya, dia mendapat perlakuan kasar tak wajar dari lelaki dewasa pemilik durian. Akibatnya, pertengkaran orangtuanya dan empunya tak terelakkan. Jika dihitung-hitung, apalah arti segudang durian mentah, dibandingkan harga sebuah nyawa.
- Menipisnya Rasa Takut
Diakui atau tidak, di desa buah durian memang punya maknet tersendiri. Demi mempertahankan satu atau dua biji buah durian, kadangkala memengaruhi manusia bertindak di luar akal sehatnya.
Tahun delapan puluhan, seorang nenek kenalan saya meninggalkan kisah yang mengerikan. Di tengah hujan rintik-rintik dia bermalam sendirian di kebun menunggu buah duriannya rontok. Padahal secara ekonomi ibu empat ini tergolong mampu.