Hamparan itu masih sama
Sebelah bukit dan lebat rumputnya
Dua gawang besi berhadapan
Sejumput karat dan lumut berlaku riasan
Empat bangku biru di dua sisi
Melapuk melesu kesepian
Kuberdansa selagi bernostalgia
Dengan lapangan yang kini kosong
Memori lawasku terkeruk
Pukul empat sore tiap harinya
Tatkala bumantara memerah