Kita mungkin familiar dengan sebuah pesan bijak,"kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda."
Atau,"gagal itu biasa berani bangkit itu baru luarbiasa".
Berbagai buku motivasi dari para begawan kesuksesan juga mengutarakan hal yang sama.
Di sisi lain, barangkali itu senyawa dengan perkataan bijak lain dalam bahasa Inggris,"experience is the best teacher". Pengalaman adalah guru yang terbaik.
Secara logika mungkin itu masuk di akal kita. Tapi bagaimana dengan perasaan kita? Akankah kita legowo menerimanya?
Seorang kawan bisa saja dengan penuh empati menghibur saya,"Sabar, Kawan, semua ini ujian. Saya paham kok perasaanmu."
Saat itu saya mengalami kebangkrutan yang sebenar-benarnya dalam artian perasaan maupun materi akibat banjir besar yang bergiliran datang setelah wafatnya satu-satunya orang tua saya yang tersisa, sang ayah, pada kurun September 2006 hingga Februari 2007.
Saya hanya tersenyum tanda berterima kasih.
Tapi apakah sang kawan paham sesungguhnya perasaan saya?
Wallahu a'lam. Karena ia punya orang tua lengkap dan rumahnya sama sekali aman dari banjir.