"If you're going to tell people the truth, be funny or they'll kill you." (Billy Wilder)
Demikian kurang lebih analogi tuntutan terhadap seorang penulis skenario (scriptwriter) sitkom, harus mampu menulis yang lucu atau dibunuh. Dibunuh rating, dibunuh pemirsa.
Tentu saja "dibunuh" dalam artian konotatif atau permisalan, bukan dalam artian denotatif atau sebenarnya. Sampai saat ini saya belum pernah tahu jika ada penulis skenario sitkom yang sampai kehilangan nyawanya karena dianggap menulis skenario komedi yang tidak "bunyi" atau tidak lucu.
Tuntutan keras itulah yang menjadi salah satu alasan saya meninggalkan profesi sebagai penulis skenario pada sebuah sinetron komedi (situation comedy) atau sitkom yang tayang di sebuah stasiun TV swasta pada 2007.
Kisah pengantarnya dapat dibaca di tulisan saya sebelumnya (tautan: https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/60070a8fd541df04cb71fe93/contoh-storyline-dan-skenario-sinetron-komedi-sitcom).
Namun, tidak berarti, dengan memberikan gambaran tersebut, saya menakut-nakuti Anda yang berminat terjun ke dunia penulisan skenario (scriptwriting). Tidak, sama sekali tidak. Jangan mundur ya! Karena sesungguhnya dunia itu mengasyikkan lho!
Dan tiap orang punya jalan nasib dan pilihan hidup masing-masing yang sangat spesifik dan kasuistis sesuai sikon (situasi kondisi) dirinya. Jelaslah itu suatu hal yang unik, berbeda antara tiap orang.
Pada tulisan sebelumnya saya telah menyajikan storyline dan draf skenario sitkom The Coffee Bean Show (TCBS) episode awal karya saya berjudul Perlente vs Fakir.
Kali ini saya giliran agih (share atau berbagi) draf skenario TCBS episode pertengahan yang tayang pada 2007 berjudul Maaf, Saya Harus Pulang.
Semoga bermanfaat!