Lihat ke Halaman Asli

Nursalam AR

TERVERIFIKASI

Penerjemah

Musuh Kita adalah Stereotip yang Membatu

Diperbarui: 9 Oktober 2020   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stereotip tidaklah mendefinisikan siapa kita/Sumber: ecenglish.com

Pada akhir September hingga awal Oktober 2020, jagat media sosial Indonesia riuh dengan pembahasan terkait Vanuatu, sebuah negara mungil di Lautan Teduh Selatan (istilah lama dari Samudera Pasifik Selatan).

Keriuhan tersebut bermula dari pernyataan Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman dalam Sidang Umum (SU) PBB yang menyoalkan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan pemerintah Indonesia di Papua.

Dalam perspektif Vanuatu, rakyat Papua adalah bagian dari ras Melanesia yang merupakan ras yang sama dengan bangsa Vanuatu. Tidak heran Vanuatu tegas menyatakan dukungannya terhadap Gerakan Papua Merdeka dan secara konsisten menyuarakannya dalam berbagai forum internasional, termasuk setiap tahun dalam Sidang Umum PBB.

Secara konsisten pula pemerintah Indonesia melalui para diplomatnya di PBB membantah keras tudingan Vanuatu. Sekurang-kurangnya sudah empat kali tudingan Vanuatu dipatahkan para diplomat Indonesia dalam SU PBB. Tak kurang-kurang Wapres Jusuf Kalla, pada 2016, turut membantah tudingan sepihak Vanuatu.

Pada SU ke-71 PBB pada 2016, seorang diplomat Indonesia, Nara Masista Rakhmatia, mematahkan sinyalemen Vanuatu (yang saat itu didukung negara-negara ras Melanesia lainnya yakni Kepulauan Solomon, Nauru, Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Tonga) dengan mengatakan bahkan catatan penegakan HAM Indonesia jauh lebih baik daripada negara-negara tersebut.

Bahkan, yang cukup fenomenal saat itu, Nara menutup pidatonya dengan sebuah pepatah yang berbunyi, "Ketika seseorang mengacungkan jari telunjuknya kepada orang lain, maka ibu jarinya otomatis menunjuk pada wajahnya sendiri."

Dan, yang terbaru, pada akhir September 2020, Silvany Austin Pasaribu, seorang diplomat muda Indonesia, menolak tuduhan Vanuatu dan menganggap Vanuatu bersikap berlebihan dengan mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

Publik Indonesia mengelu-elukan jawaban garang Silvany yang dianggap pahlawan bangsa. Tak kalah garang, warganet Indonesia juga menyerbu akun media sosial badan pariwisata Vanuatu dengan komentar-komentar rasialis.

Sebagaimana diberitakan CNN Indonesia, Manajer Komunikasi Kantor Pariwisata Vanuatu Nick Howlett menuding Vanuatu telah menjadi target "perilaku tidak otentik yang terkoordinasi".

"Beberapa di antaranya terlihat sebagai perilaku tidak otentik yang terkoordinasi, karena tidak terlihat asli dan tidak merefleksikan tindakan yang biasanya terjadi," ujar Nick Howlett kepada kantor berita ABC Australia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline