"Pak, minta duit, Pak..."
Langkah Pak Jarot yang memasuki dapur terhenti. Ia melotot. "Kamu apa-apaan sih, Ni? Minta duit segala. Gayanya begitu lagi. Kayak fakir miskin aja!"
"Saya kan fakir, Pak," jawab Arni dengan wajah memelas.
"Fakir apa? Kamu kan baru gajian minggu kemarin!"
"Fakir missed call. Gak bisa nelpon," Arni mengacungkan hape miliknya. Hape gaul model terbaru. "Gaji yang kemarin kan ditabung buat beli berlian."
"Berlian?" Pak Jarot tambah mendelik.
Dengan lugu, Arni menjawab,"Iya, buat mas kawin saya. Keren kan, Pak?"
"Emang kamu sudah mau nikah? Kan belum punya pacar?"
"Iya sih, Pak. Semua masih dalam konfirmasi," Arni tertunduk. Ia meneruskan mengelap termos. "Ini makanya saya butuh pulsa biar dapat kepastiannya, Pak."
Pak Jarot geleng-geleng kepala. Gaya pembantunya ini memang beda, high class. Tapi, demi membantu orang dapat jodoh, Pak Jarot mengeluarkan dompetnya.