Telepon berdering.
Jemari halus mengangkatnya. "Halo." Suaranya bergetar.
"Benar kamu tidak bisa terima aku?" sergah suara di seberang.
"Iya..."
"Hidupmu bakal lebih terjamin!"
"Tidak perlu!"
Dengus nafas keras memburu di seberang.
"Masih sayang anakmu kan?"
"Tentu saja!"
"Bagus. Pikirkan saja nasibnya."