Lihat ke Halaman Asli

Nursalam AR

TERVERIFIKASI

Penerjemah

Komentar Basa-basi, Salahkah?

Diperbarui: 7 Mei 2020   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi komentar artikel Kompasiana/Sumber: freepik.com

Pada 1 Mei 2020, Kompasioner Nahariyha Dewiwiddie menulis artikel yang cukup menarik berjudul Ketimbang Basa-basi, Mending Berkomentar yang Berkualitas. Artikel itu pun diganjar dengan penempatannya pada Artikel Utama atau Headline.

Nahariyha mengisahkan cuitan rekan Kompasioner lainnya di Twitter yang menyoal perihal banyaknya Kompasioner yang mengisi kolom komentar di lapak Kompasioner dengan komentar basa-basi, alih-alih komentar berkualitas, misalnya, tentang isi tulisan yang dimaksud atau pendalaman tentang materi artikel yang bersangkutan.

Menurutnya, lebih banyak Kompasioner yang sekadar berkomentar pendek tentang isi artikel yang ditulis, dan bahkan seringkali tidak nyambung dengan isi artikel. Atau justru sekadar titip tautan artikelnya sendiri di kolom komentar, terlebih lagi jika artikel tersebut tergolong Artikel Utama yang potensi keterbacaannya tinggi.

Topik yang menggelitik itu segera diserbu para Kompasioner lainnya yang turut berbagi opini dan pengalaman seputar kebiasaan dan tradisi berkomentar di blog sosial seperti Kompasiana ini.

Beberapa Kompasioner menuturkan bahwa mereka merasa buang-buang waktu jika menyempatkan diri berkomentar panjang di suatu lapak Kompasioner, sementara belum tentu Kompasioner yang bersangkutan menanggapi komentar mereka atau membalas kunjungan mereka sesuai tradisi blogwalking (silaturahmi blog) di kalangan narablog (blogger).

Sebagian lagi menduga bahwa hal itu terjadi karena Kompasioner saat ini lebih terfokus mengejar page views yang berdampak pada perolehan K-Rewards.

Hal itu yang membuat sebagian Kompasioner "kejar target" dengan fokus menulis, dan abai berkomentar. Jika pun berkomentar, itu pun sekadar basa-basi demi menjaga relasi pertemanan atau sekadar menitip tautan artikel sendiri.

Diskusi hangat di kolom komentar artikel karya Kompasioner Nahariyha itu membuat saya mengingat-ingat pengalaman berkompasiana selama sedekade saya bergabung dengan blog keroyokan milik grup Kelompok Kompas Gramedia (KKG) ini.

Saya bergabung dengan Kompasiana sejak 2010, sudah 10 tahun lamanya secara bruto. Kendati mungkin total bersih jam menulis di Kompasiana hanya empat-lima tahun. Selebihnya, cenderung menjadi pembaca senyap alias silent reader, atau bahkan sempat sekian tahun sama sekali tidak membuka Kompasiana.

Dan saya amati tampaknya ada perbedaan antara Kompasiana di era pra-dan pasca-K Rewards.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline