Mahasiswa KKN MIT 18 Posko 92 yang melaksanakan kuliah kerja nyata di Desa Blorok ikut serta dalam pelaksanaan budaya nyadran yang dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tradisi Nyadran yang dilaksanakan oleh warga Desa Blorok terkhusus warga Dusun Wonosari ini yaitu Nyadran sendang Tatahan. Nyadran merupakan bentuk akulturasi antara budaya Jawa dengan budaya Islam. Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta (Sraddha) yaitu keyakinan. Nyadran ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2024 diSendang Tatahan.
Sendang Tatahan ini diyakini warga setempat memiliki sejarah yang kaya akan mitos dan legenda. Sendang tatahan merupakan sumber mata air yang berada di Dusun Wonosari, Blorok, Kendal. Cerita yang beredar mengenai Sendang Tatahan ini yang diceritakan oleh para leluhur bahwa sendang tatahan pernah dikunjungi dan airnya digunakan oleh tokoh suci yaitu Sunan Kalijaga.
Di tempat yang dikenal sebagai Sendang Tatahan ini, Sunan Kalijaga dipercaya mendapatkan wahyu bahwa air yang muncul dari sendang tatahan memiliki kekuatan magis untuk menyembuhkan penyakit dan memberikan berkah kepada mereka yang mempercayainya.
Air tersebut memang disebut sebagai air multifungsi bagi masyarakat desa setempat, tujuan utamanya yaitu sebagai sumber konsumsi masyarakat setiap hari, karena zaman dahulu di Desa Blorok ini hanya mempunyai 2 sumur. Dengan demikian Sendang Tatahan ini menjadi sumber kehidupan dari ujung desa sebelah utara hingga lokasi Sendang yang berada di sebelah selatan desa.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sutaman warga Dusun Wonosari, bahwa naluri warga setempat yaitu menjunjung tinggi kebudayaan Sendang Tatahan dari para leluhur dari zaman dahulu. Budaya tradisi Nyadran Sendang Tatahan ini selalu dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada Bulan Muharram (Suro) yang dilakukan dengan pengurasan sendang oleh masyarakat Desa guna menjaga kelestarian sendang.
Ukuran Sendang Tatahan pada zaman dahulu hanya lubang yang berukuran kecil, tetapi sesuai dengan berkembangnya zaman diperbesar oleh masyarakat setempat guna mempermudah pengambilan air yang berada di sendang.
Ketika ukuran Sendang Tatahan masih berukuran kecil, mata airnya sampai atas Sendang sehingga warga dapat mengambil air hanya dengan gayung. Tetapi, seiring berjalannya waktu mata air itu surut, karena jarang digunakan oleh masyarakat setempat dan aliran sungai yang hanya dialiri ketika pada musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sungai tersebut mengering.
Masyarakat memulai kegiatan Nyadran ini dari waktu pagi sekitar pukul 06.00 hingga selesainya kegiatan tersebut. Para masyarakat antusias melaksanakan kegiatan Nyadran tersebut. Selama persiapan kegiatan tersebut berlangsung, masyarakat mulai berdatangan dengan membawa bahan pangan masing-masing yang disebut dengan "berkat" sebagai bentuk rasa syukur dan terimakasih atas kekayaan hasil bumi dan sebagai rasa penghormatan kepada leluhur setempat.
Setelah acara selesai sekitar pukul 09.00 selanjutnya dilanjutkan dengan do'a yang dipimpin oleh tokoh agama desa setempat. Pada do'a yang disampaikan oleh tokoh agama setempat, serta Ketua RT/RW setempat menyampaikan semoga dengan dilaksanakannya kegiatan Nyadran Sendang Tatahan ini bisa memberikan keberkahan hidup dan keselamatan kepada warga desa setempat serta menyambung tali silaturahmi persaudaraan oleh seluruh warga desa.
Penulis: Kominfo KKN MIT 18 Posko 92