Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Norrohim

Sayangi dirimu dan yang kamu sayangi

Jangan Sedih, Ternyata Ada Sisi Positif Mempererat Hubungan Keluarga, Karena Virus Covid-19?

Diperbarui: 4 Mei 2020   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto Keluarga kecil)

Wabah corona menyebabkan aktivitas kemasyarakatan menurun drastis. Setiap orang diimbau agar berdiam diri di rumah, menghindari bepergian tanpa alasan yang benar-benar penting dan mendesak. Bahkan salat berjamaah di masjid dan surau sekali pun terpaksa dihentikan untuk sementara waktu.  

Bagi sebagian orang, absennya kegiatan di ruang publik itu mungkin terasa menyiksa. Nongkrong bersama kawan-kawan menjelang akhir pekan, berbincang dengan kolega di kantor di sela-sela rutinitas kerja, atau bertemu rekan bisnis sambil bertukar pikiran, misalnya, tak lagi bisa leluasa diagendakan. 

Tak terkecuali keinginan mencicipi syahdunya shakat Tarawih ramai-ramai di luar rumah.   Mereka yang kondisi finansialnya relatif aman pun sepertinya juga tidak terbebas dari belenggu rasa kesepian. 

Kecukupan materi bukan berarti jaminan selesainya kebutuhan berinteraksi. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu memerlukan komunitas pergaulan agar dinamika kehidupannya berjalan seimbang.  

 Memang era digital dewasa ini telah berhasil membuang sekat geografis sekaligus menjadikan teknologi komunikasi dapat dinikmati oleh siapa saja. Sehingga, kita semua mampu bertemu dan bertegur sapa satu sama lain dengan mudah dan murah, secara visual maupun sekedar berupa percakapan suara, melalui beragam platform media sosial.  

Namun, sulit dipungkiri bahwa suasana tatap muka secara fisik bisa menghadirkan sensasi yang berbeda dibanding bersua via wahana daring. Kehangatan bercengkerama dan keseruan mengekspresikan emosi saat bertemu langsung dengan seseorang cenderung menjadi agak lemah tatkala ruang interaksi berpindah ke layar HP atau komputer.

Pendek kata, kebosanan pun tak terelakkan bila sehari-hari dari pagi sampai malam harus stay at home laksana pesakitan yang sedang menjalani masa hukuman kurungan, seolah-olah udara kebebasan yang biasanya dihirup tiba-tiba hilang begitu saja.    

Tetapi pernahkah terpikir bahwa di balik keterkungkungan aktivitas kita sebenarnya terselip anugerah besar, yakni kesempatan memperkuat hubungan keluarga yang sebelumnya mungkin sering terabaikan atau sekedar memperoleh porsi perhatian yang kurang memadai. 

Bukankah saat-saat seperti ini justru melahirkan keberlimpahan waktu bagi kita untuk mempererat hubungan dengan pasangan dan anak-anak, sekaligus memahami perkembangan mereka?    

Banyak sekali orang yang meyakini pentingnya rapat rutin di kantor, membahas berbagai persoalan baru sambil mengkonsolidasi seluruh elemen penggerak roda perusahaan atau organisasi, tetapi mengabaikan vitalnya acara family time atau 'kumpul keluarga' secara berkala dalam rangka memperkokoh ikatan di antara para anggotanya.  

Padahal, our deepest pain and highest happiness always come from home; penderitaan terdalam sekaligus kebahagiaan tertinggi kita selalu bersumber dari dalam rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline