Lihat ke Halaman Asli

Potensi Manusia dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 78

Diperbarui: 13 Juli 2022   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia ada tidak semata-mata hadir langsung di dunia, akan tetapi Allah telah mengirimnya lahir kedunia dengan perantara seseorang manusia lain yaitu ibu. Allah mengirim kita untuk bisa lahir ke dunia pastinya mempunyai tujuan dan maksud yaitu untuk senantiasa bertaqwa dan menunaikan perbuatan baik dalam kehidupan.

Surat An-Nahl ayat 78 ini menjadi bukti bahwa Allah telah mengirim kita ke dunia melalui perantara Ibu, dengan keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Allah juga memberi anugerah disaat awal kita menempuh kehidupan dunia dengan anugerah pendengaran, penglihatan, dan hati Nurani.

Surat An-Nahl ayat 78 berbunyi:

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”

Ayat tersebut menerangkan saat manusia lahir pun Allah sudah memberinya anugerah yaitu penglihatan untuk melihat sosok ibu serta melihat indahnya dunia, pendengaran untuk mendengar suara, dan hati nurani untuk menjadi manusia yang bersyukur atas semua anugerah yang sudah dilimpahkah.

Berikut ini penafsiran para ulama mengenai potensi manusia dalam  surat An Nahl 78 dari beberapa tafsir:

Tafsir Al Misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan makna dari kata al-af’idah dalam surat ini adalah bentuk jamak dari fu’ad yang diterjemahkan dengan “aneka hati” karena merujuk pada kata jamak  الأ فئدة (al-af’idah) yaitu   فؤاد (fu’ad) kata tersebut dipahami oleh banyak ulama dengan arti akal.  Maksud dari aneka hati  adalah gabungan dari daya pikir dan daya kalbu yang menjadikan seseorang terikat yang maksudnya adalah untuk mengarahkan seseorang  agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan (M Quraish Shihab, 2016: 303).

Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat 78 surat An Nahl menjelaskan anugerah yang senantiasa di limpahkan pada hamba-hambanya. Sejak keluar dari perut ibu dengan keadaan tidak mengetahui apapun anegarah sudah diberikan berupa pendengaran untuk mengetahui berbagai hal, penglihatan untuk melihat berbagai hal, dan hati, yaitu akal yang pusatnya pada hati. Allah memberikan anugerah yaitu akal kepada manusia bertujuan untuk supaya dapat membedakan mana yang membawa mudharat dan mana yang membawa manfaat. Pemberian semua anugerah tersebut dimaksudkan agar manusia senantiasa beribadah kepada Allah dzat yang maha tinggi (Ibnu Katsir, 2003: 89).

Tafsir Al Azhar menerangkan, pada dasarnya kita menghadapi dunia ini dengan tangis ketika lahir ke dunia. Tidak ada yang diketahui, selain anugerah ilahi yaitu naluri atau Ghazirah. Allah menganugerahi manusia dengan pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu berangsur-angsur tumbuh. Pendengaran, terdengarlah suara dari dekat maupun jauh; kemudian penglihatan dapat membedakan berbagai warna dan melihat wajah ibu yang melahirkannya, lalu kedua itu diiringi dengan perkembangan hati yaitu perasaan dan fikiran.

Berangsur-angsur manusia bertumbuh menjadi dewasa, bertambah matang dalam berbahasa dan bersikap, sanggup memikul tanggung jawab penuh dalam berperikemanusiaan, dari semua anugerah tersebut manusia harus senantiasa bersyukur dengan mempergunakan nikmat-nikmat Allah di dunia dengan sebaik-baiknya, sebagai tanda terima kasih atas nikmat-Nya (Hamka, 2003: 3942-3943).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline